Menyayangi anak kerap disalahartikan oleh orang tua. Segala permintaan anak berusaha untuk dikabulkan secara terus-menerus. Jika dibiarkan, hal ini akan memengaruhi pembentukan karakter yang konsumtif pada anak dan efek jangka panjangnya saat dewasa nanti anak akan kesulitan dalam mengelola keuangannya. Padahal, mengajari anak untuk menunda keinginan adalah bagus untuk diterapkan. Ini tidak hanya akan mencegah perilaku boros, tetapi juga melatih logika anak dan mengajari anak untuk mengelola emosi.
Melatih logika anak dalam hal ini mengajarkan anak untuk dapat membedakan mana yang kebutuhan dan mana yang keinginan. Sesuatu yang dibutuhkan berarti memiliki manfaat pada saat itu, bukan hanya sekadar ingin saja. Sementara itu, mengelola emosi anak membuat anak belajar menerima penolakan dan kekecewaan setahap demi setahap tanpa meluapkan emosinya secara kasar dan tidak terkendali.
Tidak mudah bagi anak untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan, dan tidak mudah bagi orang tua untuk mengajarkan hal tersebut karena dibutuhkan proses setahap demi setahap. Orang tua yang bijak akan terus berusaha dengan berbagai cara berikut sampai edukasi ini berhasil.
- Orang tua menjadi contoh.
Orang tua menampilkan figur yang patut dicontoh anak mengenai nilai-nilai yang diajarkan. Anak lebih mudah meniru apa yang dilihat daripada hanya mendengarkan nasihat.
- Mengenalkan arti kebutuhan kepada anak secara sederhana
Bagi anak balita, kita bisa menjelaskan menggunakan contoh dan bahasa yang sederhana. Misalnya, kebutuhan untuk makan saat lapar, ini tidak bisa ditahan; kalau membeli mainan, bisa saat ulang tahun sebagai kado.
- Mengajarkan untuk menabung
Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih celengan yang disukainya. Tidak lupa orang tua juga terus mengingatkan anak untuk giat mengumpulkan uang jajan atau uang yang diterimanya sebagai hadiah.
Semoga info ini bermanfaat dan berhasil diterapkan ke anak-anak kita.