Beberapa bukti eksperimen neurosains menunjukkan bahwa berbagai pengalaman religius seperti melihat Shen (Dewa), dapat timbul dari penggunaan obat-obatan/zat tertentu, stres ekstrim, kesedihan mendalam, atau berbagai faktor lain yang berhubungan dengan reaksi dan keadaan biokimiawi otak. Karena pengaruh kondisi-kondisi tersebut, pengalaman religius dapat muncul, yang pada akhirnya dapat memunculkan keraguan terhadap legitimasi semua pengalaman religius. Namun, keraguan ini dapat diatasi jika kita memikirkannya dengan saksama.
Bukti-bukti eksperimen neurosains hanya menunjukkan bahwa kondisi-kondisi di atas dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya dan intensitas dari pengalaman religius. Sekali pun obat/zat tertentu dapat menyebabkan timbulnya pengalaman melihat Shen, bukan berarti pengalaman melihat Shen menjadi tidak nyata. Secara alami, menurut beberapa hukum psikofisikal yang merupakan hasil evolusi panjang otak manusia, jika kondisi otak tertentu dihasilkan, maka pengalaman religius seperti melihat Shen pun bisa dialami. Tidak ada alasan mengapa kondisi-kondisi otak tersebut tidak dapat dihasilkan oleh penggunaan zat tertentu. Kalau pun pengalaman melihat Shen yang dihasilkan dari penggunaan zat tertentu dianggap tidak nyata, tidak lantas berarti pengalaman melihat Shen yang tidak dihasilkan oleh penggunaan zat tertentu juga menjadi tidak nyata. Hal yang bisa ditunjukkan hanyalah sebatas pengalaman religius bisa dipalsukan, hal ini tidak hanya berlaku bagi pengalaman religius, tetapi pengalaman indrawi sehari-hari juga bisa dipalsukan.
Melacak pengalaman religius pada reaksi biokimiawi otak tidak dapat membuktikan bahwa pengalaman tersebut tidak nyata. Pengalaman religius maupun pengalaman indrawi sehari-hari sama-sama dihasilkan oleh proses yang terjadi di otak. Oleh karena itu, jika seseorang menganggap bahwa pengalaman religius tidak nyata atau merupakan halusinasi hanya karena pengalaman ini dapat dihasilkan oleh penyakit kejiwaan, kondisi otak tertentu, atau penggunaan obat/zat tertentu, maka dia telah melakukan kesalahan dalam bernalar, yaitu memberikan penilaian menggunakan standar ganda (double standard fallacy). Misalnya, seseorang yang sering mengalami halusinasi bahwa kunci mobilnya tertinggal di dalam mobil yang terkunci. Fakta tersebut tidak lantas memberikan dasar penalaran yang kuat untuk berpikir bahwa tidak ada orang yang dibenarkan untuk memiliki keyakinan bahwa kunci mobilnya tertinggal di dalam mobil. Begitu pula dengan orang yang mempunyai pengalaman melihat Shen. Selama pengalaman melihat Shen adalah hasil dari berlatih Dao Yin Shu, maka pengalaman ini dianggap nyata.