Fan Li (范蠡) terlahir di sebuah keluarga yang miskin pada periode Musim Semi dan Musim Gugur. Sejak kecil Fan Li terkenal cerdas. Namun, karena perilakunya yang cenderung eksentrik dan cara bicaranya yang aneh, tidak jarang teman-teman sebayanya menganggap dirinya gila. Menginjak remaja, Fan Li bertemu dengan Wen Zhong lalu mereka dengan cepat menjadi sahabat karib. Mereka berdua kemudian memutuskan untuk meninggalkan kampung halaman dan menjelajahi negeri untuk menambah pengalaman.
Beberapa tahun kemudian, Fan Li dan Wen Zhong sampai di negara Yue yang saat itu sedang dipimpin oleh Gou Jian. Mereka berdua kemudian memutuskan untuk menetap dan menjadi pejabat di negara Yue. Karena bakat dan kemampuan yang dimiliki, mereka mampu menjadi pejabat tinggi negara yang diakui dalam waktu singkat. Wen Zhong mengurusi bidang militer dan pertahanan negara, sementara Fan Li mengurusi administrasi pemerintahan dan ekonomi.
Kala itu negara Yue kerap kali berperang dengan negara Wu. Fan Li sering kali menganjurkan Gou Jian untuk membuat perjanjian perdamaian dengan Wu agar bisa fokus pada kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi, Gou Jian tidak mengindahkan nasihat Fan Li. Pada akhirnya Gou Jian menderita kekalahan besar dan hampir tertangkap. Fan Li menganjurkan Gou Jian untuk menelan semua harga diri dan mengajukan diri sebagai tahanan perang. Hanya dengan begitu, Gou Jian baru bisa menyelamatkan rakyatnya dari kekejaman perang. Sebagai bentuk kesetiaan terhadap Gou Jian, Fan Li bersedia ikut serta dengannya. Selama tiga tahun penuh Gou Jian dan Fan Li dikurung dan diperlakukan sebagai budak hingga akhirnya mereka berdua dibebaskan kembali ke negara Yue.
Fan Li kembali menjalankan posisinya sebagai salah seorang pejabat tinggi dan membantu Gou Jian untuk membalaskan kekalahan dengan memenangkan pertempuran dengan negara Wu. Karena jasa besarnya, Gou Jian hendak memberikan pangkat tertinggi serta harta yang berlimpah kepada Fan Li. Namun, Fan Li menolak pemberian sang raja dan memutuskan untuk mengundurkan diri. Beliau beserta istrinya, Xi Shi, pergi ke sebuah desa terpencil dan memulai sebuah bisnis.
Dalam melakukan bisnis, Fan Li selalu menunggu kesempatan terbaik untuk membeli atau menjual sebuah produk. Beliau juga memegang prinsip untuk menjual dalam jumlah besar dengan keuntungan yang minim dan menetapkan margin keuntungan tidak lebih dari 10 persen.
Selama 20 tahun berikutnya, Fan Li mampu mengembangkan bisnisnya dan mengumpulkan harta kekayaan yang cukup banyak. Beliau lantas menggunakan harta kekayaannya tersebut untuk membantu masyarakat yang sedang kesusahan. Beliau percaya bahwa perlu adanya keseimbangan di dalam kehidupan. Jikalau seseorang menerima harta kekayaan yang berlimpah, maka orang itu harus secepatnya menyebarkan kekayaannya kepada masyarakat sekitar. Jika tidak, alam semesta yang akan ‘memaksa’ orang itu untuk membentuk ‘keseimbangan’ yang berakibat hilangnya harta kekayaan yang dimiliki.
Filosofi bisnis seorang Fan Li sangat menitikberatkan pada prinsip etika dan moral. Beliau fokus pada prospek jangka panjang dan tidak tergiur pada prospek jangka pendek. Beliau juga melakukan diversifikasi sehingga mengurangi risiko bisnis yang dijalani. Berdasarkan catatan sejarah, Fan Li menjalankan bisnis di berbagai bidang, mulai dari pertanian, perdagangan, industri tekstil, perikanan, hingga industri keramik dan garam. Hingga kini, 2000 tahun kemudian, para akademisi dan praktisi tetap mempelajari filosofi bisnis dari Fan Li.