Filsafat Yin Yang dalam Kehidupan Kita

Pengertian yin yang bukan sekadar positif negatif, baik buruk, panas dingin, siang malam, dan sebagainya. Pemahaman makna yin yang akan memberi arahan bagi hidup kita untuk bisa menjalaninya dengam serasi, dinamis, dan tujuan yang jelas.

Hidup miskin bukanlah hal yang memalukan; yang memalukan adalah hidup miskin dan tidak mempunyai semangat yang tinggi. Hidup kaya juga bukan hal yang membanggakan apabila hidup dalam jiwa yang miskin.

Memegang posisi yang rendah tidaklah mengerikan; yang mengerikan adalah memiliki posisi rendah dan tidak meningkatkan kemampuan diri. Mempunyai posisi tinggi, tetapi sewenang-wenang justru adalah bencana bagi orang lain.

Menjadi tua tidaklah menyedihkan; yang menyedihkan adalah menjadi tua dan telah menyia-nyiakan hidupmu. Ketika masih muda, jangan buang waktu hanya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, pergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup kita.

Mati bukanlah hal yang menyedihkan; yang menyedihkan adalah mati tanpa dikenal orang lain dan hidup tanpa makna. Hidup adalah kesempatan untuk menyelesaikan “peran” kita secara baik dan sempurna.

Perbuatan nyata akan memberi pengaruh yang lebih besar dibandingkan hanya kata-kata. Seribu janji dan kata-kata akan dikalahkan oleh satu tindakan nyata.

Sifat asli “mengendalikan hawa nafsu” bukanlah bawaan lahir, juga bukan memaksakan diri untuk tunduk-tunduk ditindas orang lain, melainkan dengan lamanya membina diri sampai matang, sudah dapat tembus melihat kehidupan dan mengerti bergaul. Dapat mengendalikan diri, menekan diri, mengantar kita ke derajat yang lebih tinggi. Manusia yang tidak bisa mengontrol dirinya, emosinya, hawa nafsunya, menunjukkan derajat dan kualitasnya masih rendah.

Orang yang tidak tertarik oleh “nama” dan “harta”, betul mereka seperti tidak mempunyai ombak dan percikan api, dilihat sepintas lalu memberi kesan semu bahwa mereka kurang progresif, seakan-akan membuang diri, membenci diri, dan melepaskan kesempatan emas yang ada. Namun, hanya dengan tidak mau diperbudak oleh nama dan harta, maka akan selalu “gembira” dan “bebas” hidupnya, sudah betul-betul lebih berbahagia daripada yang lainnya.

Bila seseorang dapat mencurahkan seluruh tenaga dan pikiran pada usaha yang disenangi, hingga mendatangkan kegembiraan, itu adalah luar biasa. Nilai hidup terletak pada kegiatan berusaha, bukan pada definisi sukses atau gagal.

(Sumber: Lie Ping Sen Zhang Men, materi HICH ke-10 di Lampung tahun 2014)