Habis Gelap Terbitlah Terang

Kehidupan ini seperti roda yang berputar, tidak selamanya lancar jaya, dan ada kalanya mengalami riak-riak masa sulit yang tidak menentu. Seperti saat ini, sudah hampir dua tahun dunia kita mengalami pandemi luar biasa yang mengancam kesehatan dan kehidupan manusia di bumi serta memengaruhi ekonomi dunia.

Di Indonesia kondisi akhir-akhir ini cukup memprihatinkan. Di beberapa daerah penularannya bahkan sangat luas dan cepat sehingga menyebabkan dampak kesehatan masyarakat yang sangat serius. Kemudian dengan adanya pembatasan-pembatasan yang berskala besar terhadap kehidupan masyarakat menyebabkan dampak perekonomian yang cukup serius juga, banyak orang tiba-tiba berkurang penghasilannya, bahkan kehilangan pekerjaan dan kehidupannya menjadi tidak menentu.

Melihat kondisi masyarakat luas dengan berbagai persoalannya saat ini, kebanyakan orang termasuk kita semua masih bersyukur, masih mampu bertahan hidup, serta masih mampu memenuhi kebutuhan makanan, sandang, papan, dan kesehatan. Seakan-akan kita semua dibukakan mata secara tiba-tiba bahwa ternyata kehidupan ini sebenarnya sangat sederhana. Dalam menghadapi kondisi sulit yang mendunia sekarang ini, tidak ada hal lain yang bisa dilakukan, kecuali bertahan. Bertahan untuk apa?

  • Bertahan untuk menerima perubahan kondisi lingkungan yang buruk saat ini
  • Bertahan untuk tidak menuruti keinginan kumpul-kumpul dan jalan-jalan.
  • Bertahan untuk menggunakan masker dan menjaga jarak aman saat bertemu orang lain.
  • Bertahan untuk menjalani kehidupan yang sederhana.

Bertahan menjadi cara yang paling ampuh dalam menghadapi kesulitan hidup saat ini.  Untuk dapat bertahan dalam situasi yang sulit, kaum siutao harus bisa

  • menenangkan pikiran dan batinnya sendiri,
  • mengontrol berbagai macam keinginannya,
  • selalu bersyukur karena masih mampu bertahan hidup, serta
  • rajin sembahyang dan lien kung untuk semakin mendekatkan diri dengan Dewa-dewi yang mulia

Pandemi ini menyadarkan kita bahwa manusia sebetulnya bukan apa-apa dibandingkan dengan alam yang luas ini. Hal ini bisa menjadi bahan refleksi bagi kita semua bahwa manusia harus bisa mengikuti hukum alam. Baik buruk kehidupan manusia sangat bergantung kepada lingkungan hidupnya. Maka dari itu, manusia seharusnya mencintai dan melindungi lingkungan alam tempat hidupnya.

Pandemi ini juga menyadarkan kita bahwa virus yang kecil dan tidak kasat mata pun mampu menaklukkan manusia. Tidak ada alasan bagi manusia untuk menyombongkan diri. Kesombongan/kecongkakan manusia sama sekali tidak berarti di dalam alam yang besar ini. Sangat menggelikan bila masih ada manusia yang demi mengejar nama dan harta lalu menjadi lupa daratan. Apalagi kaum siutao, yang jelas-jelas sudah diajarkan tentang Tao sehingga mengetahui aturan-aturan kehidupan, baik di dalam masyarakat luas maupun  perguruan Thay Shang Men kita sendiri. 

Pandemi ini juga mengajarkan kita bahwa manusia bisa bertahan sampai hari ini karena saling mendukung dan bekerja sama. Ini sangat sesuai dengan ajaran Tao yang mengajarkan kita untuk “救人救世 (jiù rén jiù shì)”, yang artinya “selamatkan orang lain, selamatkan dunia”. Hanya dengan saling membantu dan mendukung, kita semua bisa mengatasi semua persoalan dan mengakhiri masa-masa sulit selama pandemi.

Pepatah Tiongkok mengatakan, “飘雨不终朝,骤雨不终日 (Piāo yǔ bù zhōng cháo, zhòu yǔ bù zhōng rì),“ yang artinya kira-kira adalah, “Hujan lebat dan angin kencang tidak akan bertahan seharian.” Pepatah ini menggambarkan bahwa masa-masa sulit selama pandemi ini suatu saat pasti akan berlalu. Siapa yang mampu bertahan di masa sulit sekarang, baru akan bisa merasakan indahnya hari esok. “Habis gelap terbitlah terang” atau “雨过天晴 (yǔ guò tiān qíng)”.