Legenda 8 Dewa – Han Xiang Zi

Han Xiang Zi merupakan salah satu dewa dari legenda delapan dewa. Beliau sering digambarkan sebagai seorang pemuda dengan perawakan tampan dan selalu membawa seruling bambu. Beliau hidup pada masa Dinasti Tang (618-907) dan merupakan keponakan dari Han Yu, seorang pejabat tinggi pemerintahan.

Han Xiang Zi sejak kecil merupakan seorang anak yang sulit diatur. Beliau lebih suka bermain di pematang sawah dan berjalan-jalan di gunung. Walaupun sang paman, Han Yu, berusaha mendidik Han Xiang Zi dengan keras, tetapi usahanya itu tidak membawakan hasil. Han Xiang Zi lebih suka bermain seruling sambil menikmati pemandangan alam dibandingkan harus belajar karya sastra dan membaca buku Konfusius. Beliau juga tidak tertarik untuk masuk bekerja di dalam pemerintahan.

Suatu waktu, saat Han Xiang Zi sedang berjalan di sebuah gunung. Beliau tersesat karena kabut tebal yang tiba-tiba turun menyelimuti. Berjalan tidak tahu arah, beliau kemudian bertemu dengan Lu Dong Bin, salah seorang delapan dewa.

Singkat cerita, Lu Dong Bin mengarahkan Han Xiang Zi untuk belajar Tao dan ilmu kedewaan. Han Xiang Zi pun berlutut kepada Lu Dong Bin dan memohon untuk menjadikan dirinya seorang murid. Mereka berdua kemudian berkelana ke penjuru negeri selama beberapa tahun.

Setelah itu, Han Xiang Zi pulang ke rumahnya dan bertemu dengan sang paman, Han Yu. Sang paman sangat marah melihat Han Xiang Zi yang menghilang begitu saja selama beberapa tahun. Beliau menjelaskan, “Paman, jalan kehidupan kita berbeda. Paman ditakdirkan untuk menjadi orang penting di dunia ini, sedangkan aku ditakdirkan untuk terbang seperti butiran debu dari muka bumi.” Merasa jawaban Han Xiang Zi tidak masuk akal, Han Yu mendesak keponakannya untuk menjelaskan apa maksud perkataannya itu. Han Xiang Zi mengambil sebuah ranting dari atas tanah dan menulis:

Di gunung Qin, aku kehilangan arah; Salju menutupi jalanku dan kudaku pun tidak sanggup berjalan lagi.

Tanpa menjelaskan panjang lebar, beliau meyakinkan pamannya bahwa semua ini akan jelas pada waktunya. Setelah itu, Han Xiang Zi pergi meninggalkan pamannya.

Tak lama kemudian, pada tahun 819 Han Yu mengkritik Kaisar Xian Zong karena sang kaisar memaksa rakyat untuk menganut agama Buddha dan menyumbang ke biara-biara Buddha. Han Yu menasihati sang kaisar agar tidak memaksa rakyat untuk memeluk agama tertentu. Kaisar yang marah akhirnya mencopot jabatan Han Yu dan mengasingkannya dari ibukota Chang An ke kota kecil bernama Chao Zhou.

Saat Han Yu pergi dengan kudanya menuju kota Chao Zhou, ia terjebak oleh badai salju, sehingga ia kehilangan arah. Tak lama, kudanya terjatuh mati. Merasa tidak berdaya, Han Yu hanya bisa merenungi nasib malangnya itu.

Namun, dari kejauhan ada sosok pemuda yang datang menghampirinya. Sang pemuda itu adalah Han Xiang Zi. Beliau memapah pamannya dan berjalan menuju sebuah tempat penginapan. Sang paman beristirahat di sana selama beberapa hari. Han Xiang Zi merawat sang paman dengan baik sampai pamannya itu pulih kembali. Beliau kemudian mengingatkan sang paman akan tulisannya beberapa waktu lalu, sambil meyakinkan bahwa nasib malangnya ini tidak akan bertahan lama. Hanya dengan bersabar, maka nasibnya akan segera membaik. Setelah mengatakan itu semua, Han Xiang Zi meninggalkan pamannya dan terbang menuju kahyangan.