Pernah mendengar istilah judgemental? Judgemental adalah sikap menghakimi/menilai orang lain atau sesuatu berdasarkan pendapat dan perasaan diri sendiri tanpa seratus persen memahami kondisinya. Faktanya, tidak ada siapa pun yang bisa seratus persen memahami kondisi orang lain karena kita tidak berjalan di jalan hidup mereka. Misalnya, ketika kita melihat pengemis di jalan, mungkin di pikiran kita langsung tercetus bahwa dia pengangguran dan malas bekerja, padahal kita belum mengetahui latar belakangnya sama sekali. Misalnya lagi, ketika kita melihat seorang ibu yang tidak memberikan ASI kepada bayinya, kita langsung menghakiminya sebagai ibu yang tidak baik. Ini adalah contoh-contoh penghakiman yang negatif terhadap orang lain.
Kita semua sering melakukannya tanpa sengaja, tetapi ada sebagian orang yang berlebihan dalam menghakimi orang lain atau malah secara sadar melakukannya. Biasanya orang tersebut dikatakan sebagai orang yang judgy atau tukang nge-judge. Dalam kehidupan sosial, orang-orang judgy ini sebenarnya sangat tidak disukai oleh siapa pun. Tidak ada yang suka dihakimi tanpa alasan dan dicampuri urusan kehidupannya. Namun, otak kita mungkin terprogram untuk melakukan penghakiman yang belum tentu benar. Contohnya dalam satu menit pertama kita pertama kali bertemu orang baru, di otak kita langsung muncul berbagai penilaian subjektif tentang orang itu, seperti kecerdasannya, status sosialnya, kompetensinya, dan penilaian lainnya yang menentukan apakah kita menyukai orang itu atau tidak. Dari semua kesan pertama ini, pada akhirnya berapa persen yang benar? Ini adalah salah satu contoh menghakimi orang tanpa mengetahui latar belakang aslinya. Namun, ini sebenarnya hal yang lumrah dan normal. Hal yang tidak baik adalah menghakimi orang lain secara negatif.
Lain halnya dengan menghakimi secara tidak sengaja, ada orang yang suka menghakimi orang lain dengan sengaja. Ini semua berakar dari ego yang besar. Mengapa ada orang yang suka menghakimi orang lain secara negatif? Salah satu alasannya adalah karena mereka merasa superior daripada orang lain. Meninggikan diri sendiri dengan cara merendahkan orang lain. Dengan menghakimi orang lain, mereka membandingkan dirinya dengan orang lain yang mereka anggap lebih rendah. Selain itu, hal ini juga bisa disebabkan karena mereka tidak ingin mengakui kejelekan diri sendiri kepada orang lain atau mereka hanya tidak suka saja dengan orang yang mereka hakimi itu.
Sekarang mari kita bercermin, apakah kita telah banyak menghakimi orang lain? Apakah kita sering mengucapkan, “Wah, si dia begitu, pastilah dia begini begini begini!”; “Kok kamu begitu? Pantas saja kamu begini begini begini.”; “Soalnya kamu begitu sih, harusnya begini begini begini.”; atau “Dia itu orangnya begini begini sih….” Pernahkah kita meremehkan seseorang yang berpendapat atau bercerita? Ucapan-ucapan dan sikap seperti ini sebenarnya sangat menyakiti perasaan orang lain, terutama penghakiman dalam bentuk setumpuk kritik atau saran yang tidak dibarengi dengan empati. Bagaimana caranya agar kita bisa mengurangi sikap menghakimi orang lain secara negatif?
Langkah pertama adalah kita harus mengerti bahwa semua orang berasal dari latar belakang dan kondisi yang berbeda. Kita harus berusaha memahami mengapa dia bertindak/bersikap seperti itu. Langkah kedua adalah memahami diri sendiri. Mengapa kita harus menghakimi orang lain, memangnya manfaat apa yang kita dapatkan, dan yang terpenting adalah akibat apa yang bisa kita timbulkan. Lalu, kurangilah melayangkan opini pada siapa pun, kecuali benar-benar diminta, dan hati-hati berbicara! Bahkan kalimat sederhana seperti “Kamu gemukan ya, makmur ya makan terus?” adalah bentuk penghakiman yang bisa menyakiti perasaan. Meskipun kita mungkin tidak berniat seperti itu, tetapi orang lain akan merasa dihakimi.
Satu poin yang tidak kalah penting adalah berhentilah untuk berusaha menyamakan atau mengubah orang lain agar sesuai dengan standar kita. Saat seseorang bercerita atau berkeluh kesah pada kita, bertanyalah dahulu apakah ia ingin mendengarkan saran dari kita atau tidak, sebelum melayangkan omongan yang tidak-tidak. Kebanyakan orang hanya ingin keluh kesahnya didengarkan dan diberikan dukungan atau motivasi saja, tidak ingin mendengarkan kritik. Bersimpatilah pada apa pun yang dijalankan/dihadapi orang lain dan hargai perjuangan/usahanya! Jangan langsung memberikan penghakiman bahwa orang itu tidak baik!. Simpan saja penghakiman itu dalam hati dan fokus pada sisi positif yang bisa kita berikan kepadanya!
Memang jauh lebih mudah untuk menghakimi orang lain daripada menemukan sisi positif dari seseorang dan memuji atau mendukungnya dengan tulus. Namun, bayangkan betapa indahnya masyarakat jika semua orang mengurangi untuk menghakimi orang lain dan saling menjaga perasaan satu sama lain!