Guang Ze Zun Wang

Guang Ze Zun Wang (廣澤尊王 atau 广泽尊王) merupakan salah satu Shen Xian (Dewa dalam agama Tao) yang dipuja oleh banyak umat yang berasal dari daerah Fujian (Hokkian). Beliau sering ditampilkan dalam posisi duduk di atas kursi, dengan kaki kanan bersila, sementara kaki kirinya menapak lantai. Kedua matanya memandang lebar ke depan.

Beliau dilahirkan pada masa Dinasti Song, bulan 2 tanggal 22 Imlek, dengan nama Guo Zhong Fu. Sejak kecil Zhong Fu dididik dengan baik sehingga memiliki sifat rendah hati, rajin bekerja, dan berbudi luhur. Pada usia tujuh tahun, ayahnya meninggal dan dikremasi. Namun, karena kekurangan biaya, abunya tidak bisa dimakamkan sehingga abunya disimpan ke dalam sebuah guci.

Kemudian Zhong Fu bekerja sebagai penggembala ternak untuk Yang Xin Fu, seorang tuan tanah yang sangat kikir. Setelah tiga tahun bekerja keras, baik Zhong Fu maupun ibunya belum berhasil mengumpulkan cukup uang untuk mengubur abu ayahnya. Walaupun demikian, Zhong Fu tetap menggembala ternak dengan rajin, hati-hati, dan riang.

Pada suatu hari Yang Xin Fu mengundang seorang ahli feng shui untuk mencarikan lokasi yang baik bagi pemakaman dirinya ketika meninggal nanti. Mencari lokasi feng shui yang baik dan cocok tentu tidak mudah dan memakan waktu. Oleh karena itu, ahli Feng Shui ini tidak dapat langsung menemukannya sehingga membuat kesepakatan kerja selama tiga tahun.

Selama tiga tahun Zhong Fu ditugaskan untuk melayani ahli feng shui tersebut. Selama itu juga, Beliau tertarik dengan kepribadian dan kecerdasan Zhong Fu. Akhirnya, beliau menerima Zhong Fu sebagai murid dan mengajarkannya membaca, menulis, berhitung, serta berbagai ilmu lain. 

Pada tahun pertama, Yang Xing Fu memperlakukan ahli feng shui ini dengan baik. Namun, belakangan dia mulai curiga bahwa ahli feng shui ini sengaja menunda-nunda pekerjaannya demi menikmati kehidupan yang nyaman. Akhirnya, jatah dan kualitas makanan untuknya menurun dan perlakuan terhadapnya menjadi tidak baik. Zhong Fu sering kali menyisihkan makanannya untuk gurunya.

Memasuki tahun ketiga, ahli feng shui tersebut akhirnya menemukan lokasi yang baik untuk dijadikan kuburan. Namun, beliau beliau gundah dan ragu untuk menyampaikan lokasi yang baik ini kepada Yang Xin Fu. Keraguan ini disebabkan karena selama tiga tahun tersebut beliau mengamati sikap dan karakter Yang Xin Fu sekeluarga yang sombong, kikir, dan gemar menindas. Jika lokasi yang baik ini diberikan kepada Yang Xing Fu, besar kemungkinan dia akan semakin semena-mena dalam menindas dan menekan masyarakat sekitar.

Pada suatu hari sang guru (ahli feng shui) bertanya pada Zhong Fu, “Kelak Engkau ingin menjadi kaisar yang bertahta selama satu zaman atau menjadi Shen yang dipuja masyarakat selama ribuan tahun?” Zhong Fu menjawab bahwa dirinya memilih untuk menjadi Shen.

Sang guru bermaksud untuk memberikan lokasi yang baik tersebut kepada Zhong Fu sebagai tempat untuk menguburkan abu ayahnya. Namun, Zhong Fu dan ibunya menolak karena merasa hal itu tidak pantas, mengingat bahwa sang guru dibayar dan terikat kontrak kerja dengan Yang Xin Fu. Akhirnya sang Guru menjelaskan pertimbangan dan alasannya sebagai berikut.

  1. Kontrak kerja tiga tahun dengan Yang Xin Fu segera berakhir.
  2. Feng Shui yang baik hanya pantas diberikan kepada orang-orang baik yang bijaksana.
  3. Yang Xin Fu dan keluarganya tidak pantas mendapat lokasi yang baik ini karena memiliki karakter yang buruk, tercermin dari:
    • Seluruh domba ternaknya gemuk, sedangkan seluruh karyawan penggembalanya kurus-kurus, kurang makan, dan kurang gizi.
    • Lahan pertaniannya luas ratusan hektar, tetapi kehidupan para petani penggarapnya sulit dan menderita. Tenaganya diperas untuk mengelola lahannya bagaikan kuda dan kerbau.
    • Rumah dan kamarnya luas, banyak, dan terawat dengan baik, sedangkan tempat tinggal para karyawan dan pelayannya rusak dan kotor.

Setelah mendapatkan penjelasan tersebut, akhirnya Zhong Fu dan Ibunya bersedia menerima petunjuk dari sang guru.

Setelah masa kontraknya habis dan sebelum sang guru meninggalkan rumah Yang Xin Fu, beliau memberitahu Zhong Fu untuk memasukkan abu ayahnya ke dalam baskom berisi air ketika terjadi hujan badai. Kemudian, Zhong Fu diminta segera pergi ke tengah kandang domba yang tanahnya bersih tanpa ada kotoran sedikit pun. Setelah baskom berisi air dan abu ayahnya dituang ke lokasi tersebut, sang guru memarahi Zhong Fu hingga menangis sampai terdengar oleh Yang Xin Fu. Sang guru beralasan bahwa Zhong Fu membawakan air kotor untuk mencuci muka. Hal ini membuat Yang Xin Fu memukul Zhong Fu hingga tangisan Zhong Fu semakin keras. Tanpa disadari, ternyata abu ayahnya terserap secara ajaib ke dalam tanah.

Keesokan harinya, kawanan tawon muncul dan menyengat mati seluruh ternak sehingga Zhong Fu dan ibunya kehilangan pekerjaan mereka. Sang guru pergi ke utara, sedangkan Zhong Fu dan ibunya diarahkan untuk pergi ke selatan.

Setelah melalui perjalanan yang jauh dan melelahkan, akhirnya Zhong Fu dan ibunya menetap di suatu daerah yang memiliki empat keanehan sesuai petunjuk sang guru berikut.

  1. Ada Ikan li di atas pohon
  2. Ada lembu di atas orang
  3. Orang memakai topi kuningan
  4. Air berubah menjadi  merah

Di tempat itu Zhong Fu akhirnya tinggal dengan ibunya. Zhong Fu kembali bekerja menjadi gembala ternak serta mengajarkan cara membaca, menulis, dan ilmu pelajaran lain kepada masyarakat sekitar yang miskin dan tidak dapat membiayai anak-anaknya untuk sekolah.

Ketika Zhong Fu memandang bulan purnama dan melihat sebuah bintang yang bersinar cemerlang, dalam benaknya timbul kata-kata, “Manusia di dunia, harus memiliki hati yang bersih, terang, dan jujur seperti terangnya bintang.” 

Seminggu kemudian, Zhong Fu dan teman-temannya  pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar. Mereka menemukan sebuah pohon tinggi dengan ranting-ranting yang kering. Zhong Fu ditantang untuk memanjat dan mengambil ranting-rantingnya. Ketika tiba di atas, Zhong Fu bersila dan memejamkan matanya seperti bermeditasi. Lalu Zhong Fu meminta teman-temannya memanggil ibunya. Ketika ibunya tiba, tubuh Zhong Fu telah dingin dan kaku. Ibunya menggoyangkan kaki Zhong Fu tiga kali sehingga kaki kirinya turun ke bawah (tidak bersila lagi) dan berbisik, “Zhong Fu, bukalah matamu lebar-lebar, lihatlah hingga jauh, dan tolonglah orang-orang yang sengsara dan menderita.” Seketika itu juga, mata Zhong Fu terbuka lebar.

Setelah itu, Zhong Fu pernah terlihat menunggang kuda putih dan memberikan pertolongan ketika masyarakat tertimpa bencana atau malapetaka. Masyarakat memberikan Beliau gelar Guang Ze Zun Wang (廣澤尊王 atau 广泽尊王) kepada Zhong Fu, yang berarti Raja Mulia yang memberikan berkah melimpah. Hari kebesaran-Nya dirayakan setiap bulan 2 tanggal 22 penanggalan Imlek (农历二月二十二日).