Pada zaman sekarang, pesan dapat disampaikan secara instan, media komunikasi sudah berlipat ganda, dan jaringan komunikasi sudah meluas melewati batas sehingga mengakibatkan pendekatan ‘manusiawi’ menjadi berkurang.
Seni komunikasi adalah bahasa kepemimpinan. Komunikasi adalah perwujudan dari pikiran, niat, dan kesimpulan yang kita ambil tentang orang-orang di sekitar kita. Kita harus mempunyai kemampuan untuk menyampaikan pesan-pesan dari benak kita yang nantinya bisa memengaruhi orang lain sehingga tujuan pesan itu bisa tercapai. Setiap kata, bahasa tubuh (isyarat nonverbal), dan tatapan mata harus dipahami dan dipelajari dengan saksama.
Kesuksesan apa yang tidak diawali dengan sebuah hubungan yang baik? Bila orang-orang menyadari keberadaan kita, bila orang-orang mengingat kita, bila hati orang lain tergugah karena setiap interaksi mereka dengan kita selalu membuat mereka menjadi lebih baik, maka jalan menuju kesuksesan akan terbuka lebar.
Selain itu, ada juga bumerang dalam menjalin hubungan. Tidak seorangpun suka dicela dan dikritik. Semua orang ingin diterima oleh orang lain. Bila kita menggunakan kritik untuk memenangkan sebuah argumen, mengutarakan sebuah poin, atau membuat sebuah perubahan, justru kita akan menerima kemunduran dua langkah. Kita akan dihakimi dengan cara kita menghakimi orang lain. Kita akan dinilai sesuai dengan standar yang kita gunakan saat menilai orang lain.
Para pemimpin berwibawa yang hebat adalah mereka yang menahan lidah mereka dan menelan gengsi mereka saat ombak negatif mulai meninggi dan membiarkan kecekatan, kerendahan hati, dan kebijaksanaan menunjukkan lebih banyak daripada apa yang bisa ditunjukkan oleh omelan yang kritis. Kepandaian membujuk lewat kata-kata tidak begitu dibutuhkan untuk mendapatkan teman dan memengaruhi orang lain. Hal-hal yang dibutuhkan adalah kefasihan lidah yang bersahaja, kemurahan hati, dan sikap rendah hati.
Mari kita lupakan masalah kecil dan memperkecil masalah besar! Mari kita melakukan sesuatu untuk memperbaiki dunia ini untuk kebaikan bersama dan menciptakan hubungan yang harmonis! Kuburkan bumerang kita dalam berkomunikasi, seperti kritikan pedas dan sikap menghakimi! Kata-kata kita yang bersahaja dan penuh kerendahan hati dalam komunikasi dan hubungan sosial akan membentuk sebuah jalan yang lebih cepat menuju kemajuan diri.
Dikutip dari topik PPTM 2013 di Semarang yang dibawakan oleh ZMR Lie Ping Sen