Seni Mendengarkan dengan Empati

Selama ini kita hanya mengenal kelas untuk belajar berbicara, atau yang biasa disebut public speaking. Namun, ada satu kemampuan penting lain yang sebenarnya kita perlukan sebagai makhluk sosial, yaitu ilmu mendengarkan.

Pernahkah seseorang bercerita kepada kita, lalu kita menanggapi singkat ucapannya, tetapi akhirnya justru kita yang lebih banyak berbicara? Atau pernahkah terpikir oleh kita, apa yang akan terjadi jika seluruh orang di dunia ini berbicara tanpa ada yang mau mendengarkan?

Mendengarkan bukan sekadar mendengar. Mendengarkan dengan empati merupakan salah satu strategi penting bagi seorang ahli pemasaran untuk memahami apa yang sebenarnya diinginkan pembeli. Empati sendiri adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang sedang dirasakan oleh orang lain.

Manusia secara alami memiliki dua telinga untuk mendengarkan dan satu mulut untuk berbicara. Hal ini seolah menjadi tanda dari alam semesta bahwa manusia seharusnya lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Ketika kita mendengarkan dengan baik, sebenarnya kita pun memperoleh manfaat, seperti mendapatkan inspirasi, pengetahuan, dan  cara pandang yang berbeda terhadap suatu masalah.

Setiap manusia tidaklah sama. Dengan mendengarkan, kita dapat saling belajar satu sama lain.

Berikut adalah cara mendengarkan yang baik.

  1. Perhatikan pembicara saat seseorang berbicara, misalnya dengan menatap wajah atau matanya.
  2. Tunjukkan bahasa tubuh positif, seperti mengangguk, mengacungkan jempol, atau tersenyum.
  3. Berikan tanggapan singkat, seperti berdehem atau mengatakan, “iya”, “setuju”, atau “I can feel you”. Ingat, tanggapan singkat bukan berarti kita perlu menceritakan pengalaman pribadi atau masalah yang sedang kita hadapi.
  4. Jangan memotong pembicaraan ketika orang lain belum selesai berbicara karena perilaku itu tidak sopan.
  5. Fokuslah mendengarkan, jangan sambil melakukan hal lain yang membutuhkan konsentrasi, seperti memeriksa telepon genggam, membaca, atau bermain game.
  6. Berlatihlah terus karena mendengarkan dengan empati tidak dapat dilakukan secara instan.

Setiap manusia itu unik. Tidak ada dua orang yang sama persis, bahkan anak kembar sekalipun. Oleh karena itu, dalam melatih empati, janganlah kita memberikan penilaian terhadap sesuatu yang belum kita ketahui, apalagi sesuatu yang masih bersifat dugaan.

Setiap orang memiliki alasan saat melakukan sesuatu. Maka dari itu, dengarkanlah terlebih dahulu, baru kemudian menarik kesimpulan.

Marilah kita mulai belajar mendengarkan dengan empati. Dengan begitu, kita membantu orang lain mengeluarkan unek-uneknya, dan yang paling penting, membuat mereka merasa dihargai.