Peribahasa “Mulutmu adalah harimaumu” mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam berbicara. Peribahasa ini memiliki makna bahwa setiap perkataan yang dilontarkan atau keluar dari mulut, apabila tidak dipikirkan terlebih dahulu akan dapat menyakiti orang lain dan merugikan diri sendiri.
Pepatah lain mengatakan, “Penyakit datangnya dari mulut, masalah datangnya dari mulut juga.” Pepatah ini mengingatkan kita bahwa sembarang makan (tidak menjaga makan) bisa mendatangkan penyakit. Begitu pula sembarang bicara bisa mendatangkan masalah atau bencana.
Dalam Jiang Yi disebutkan, “Tak perlu dikata, tetapi diucapkan dalam kata itu adalah sembarang berkata. Sembarang berkata mendatangkan marah. Tak patut dikata, tetapi diucapkan dalam kata itu adalah berkata secara buta. Berkata secara buta mendatangkan bahaya.” Ini merupakan sebuah nasihat agar kita bisa menjaga ucapan dan berpikir sebelum berbicara karena kata-kata memiliki kekuatan besar.
Kata-kata bisa menenangkan atau menyembuhkan, sebaliknya bisa juga melukai atau menyakiti. Kata-kata yang baik bisa membuat orang segan, sebaliknya kata-kata yang buruk bisa membuat orang enggan. Dengan kata-kata, kita dapat mengambil hati seseorang, tetapi karena kata-kata pula kita dapat kehilangan hubungan baik dengan seseorang.
Oleh karena itu, lebih baik menjaga mulut selama beberapa menit daripada menyakiti hati orang seumur hidup. Dengan menjaga ucapan berarti kita telah menjaga hati seseorang. Kata-kata buruk sering keluar dari mulut orang yang dipenuhi dengan kemarahan. Kemarahan membuat mulut seseorang bertindak lebih cepat daripada pikirannya. Kata-kata buruk yang keluar dari mulut sesungguhnya memamerkan keburukan diri sendiri. Maka dari itu, saat sedang marah, jangan membuka mulut agar tidak menambah kemelut dan menunjukkan keburukan diri kita sendiri!
Kata-kata yang keluar dari mulut adalah cerminan dari apa yang ada di dalam hati dan pikiran. Kata-kata yang keluar dari mulut menggambarkan kualitas pribadi seseorang. Semakin bijaksana seseorang, semakin pandai dia menjaga ucapannya. Sebuah pepatah mengatakan, “Bayi memerlukan dua tahun untuk berbicara, tetapi orang dewasa membutuhkan lima puluh tahun untuk belajar menutup mulut.” Pepatah ini memiliki makna bahwa mengendalikan mulut, apalagi menjadi bijak dalam berkata, tidaklah mudah dan membutuhkan waktu yang lama. Tidak pandai mengendalikan atau menjaga ucapan adalah bukti tidak pandai menjaga hati dan pikiran.
Pada era digital sekarang, peribahasa “Mulutmu adalah harimaumu” telah berubah menjadi “Jarimu adalah harimaumu”. Tidak hanya mulut yang bisa mendatangkan masalah atau bahaya karena sembarang berucap, tetapi jari pun bisa mendatangkan masalah. Banyak orang tidak pandai mengendalikan jarinya sehingga berurusan dengan hukum.
Dalam situasi pandemi ini banyak orang aktif menggunakan media sosial untuk berkomunikasi, bekerja, bersekolah, atau sekadar hiburan untuk menghilangkan stres dan kepenatan. Media sosial menjadi tempat mengekspresikan diri dan mencari jati diri. Media sosial menjadi sarana untuk mengeluarkan unek-unek, kekesalan, kemarahan, kebencian, dan kadang mengumbar aib diri sendiri. Sering kali orang juga mengabaikan etika dalam menggunakan media sosial. Jangan sampai jari-jari kita menyebabkan kita masuk ke jeruji besi hanya karena berkomentar atau mempublikasikan sesuatu yang melanggar hukum.
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum berkomentar atau mempublikasikan sesuatu di media sosial.
- Pikirkan kembali mengapa dan apa pentingnya postingan tersebut.
- Pahami komentar atau konten yang akan diposting apakah menyinggung orang lain, suku, ras, dan agama.
- Tidak menyebarkan informasi yang tidak benar (hoaks) dan mencemarkan nama baik orang lain.
- 4. Pikirkan dampaknya terhadap citra perusahaan atau organisasimu.
- Gunakan kalimat yang sopan dan tidak menyinggung perasaan orang lain.
- Jangan memberi komentar yang kita sendiri tidak tahu jelas persoalannya karena dapat memperkeruh persoalan dan menciptakan permusuhan!
- Jangan curhat masalah pribadi, apalagi mengumbar aib diri dan rumah tangga sendiri!
- Sebaiknya memposting hal-hal yang bermanfaat dan menginspirasi.
Oleh karena itu, kita harus bijak dalam menggunakan media sosial. Berpikirlah dahulu sebelum menggunakan jarimu untuk berkomentar di media sosial karena jarimu adalah harimaumu!