Kesalahan Menciptakan Harmonisasi

Bagaimana bisa suatu kesalahan malah menciptakan harmonisasi? Judul yang sangat kontroversi, bukan? Simaklah sebuah cerita singkat berikut agar kita bisa memahami arti dari judul di atas.

Ada sebuah keluarga yang tinggal di sebuah apartemen modern. Mereka terdiri dari ayah, ibu, dan dua orang anak (laki-laki dan perempuan). Tidak ada satu hari pun tanpa keributan di rumah mereka. Tidak jarang keributan itu sampai merusak benda-benda yang ada di rumah, seperti piring, gelas, meja kaca, dan sebagainya. Keributan terjadi tidak hanya di antara ayah dan ibu, di antara orang tua dan anaknya, tetapi tidak jarang juga di antara kedua anak. Hal yang membuat mereka ribut terkadang hanya masalah sepele, tetapi dapat menjadi keributan yang besar. Mereka saling memaki dengan suara yang keras sehingga kerap kali keributan mereka terdengar oleh tetangga-tetangga sebelah.

Sementara itu, tepat di sebelah keluarga yang sering ribut tersebut, tinggal sebuah keluarga yang tidak pernah ribut sama sekali, sangat bertolak belakang dengan tetangga sebelahnya. Lantas pada suatu hari, ayah dari keluarga yang sering ribut tersebut memanggil istri dan kedua anaknya untuk membahas masalah keluarga mereka. Ayahnya berkata, “Keluarga kita tidak ada satu hari pun bisa tenang, selalu ada keributan. Sementara, tetangga sebelah kita tidak pernah ada keributan.” Lalu istrinya berkata, “Hubungan kita dengan tetangga sebelah kan baik, bagaimana kalau kita berkunjung ke sebelah dan bertanya kepada mereka, apa kunci mereka bisa seperti itu?” Kemudian mereka semua sepakat untuk berkunjung ke tetangga sebelahnya yang harmonis dan tidak pernah ribut.

Sesampai di rumah tetangganya, mereka bertanya kepada mereka, “Kalian begitu harmonis, tidak pernah ribut sama sekali, sementara kami, mungkin kalian sudah tahu, selalu ribut, dan kalian juga pasti sering mendengarnya.” Tetangganya berkata, “Semua itu karena keluarga kalian adalah orang benar semua, sementara keluarga saya adalah orang yang salah semua. Bagaimana bisa? Kalian bayangkan, kala anak laki-laki dan anak perempuan saya sedang makan di meja makan, anak laki-laki saya menumpahkan segelas teh punya anak perempuan saya, maka yang terjadi adalah anak laki-laki saya akan berkata, ‘Maaf Kakak, saya salah tidak berhati-hati sehingga menumpahkan tehmu.’ Lalu anak perempuan saya akan menjawab, ‘Tidak masalah Dik, yang salah kakak, andai saya taruh gelas di tempat yang benar, maka adik tidak akan menumpahkannya.’ Lalu mereka berdua bersama-sama membersihkan tumpahan teh tersebut.” Seketika keluarga yang sering ribut tersebut, tersadarkan. Hal utama yang membuat keluarga mereka ribut adalah semua merasa diri paling benar, tidak pernah merasa salah, dan tidak pernah mau mengalah.

Yah… kita sebagai kaum xiu Dao (baca: siu Tao), perlu memiliki karakter yang demikian. Jangan pernah merasa bahwa hal yang kita lakukan adalah hal yang paling benar, sementara orang lain salah semua. Kita harus bisa mengalah. Mengalah bukan berarti kalah. Dengan demikian, baru bisa tercipta keharmonisan dalam pergaulan kita dan memiliki banyak teman, seperti keluarga yang harmonis tadi.