Dahulu saya keliru memahami siutao. Saya berpikir siutao seperti orang bersekolah, yaitu ada tahapan naik kelas setelah setahun belajar. Akan tetapi, kok lama banget ya menunggu manfaatnya? Ternyata pemahaman saya kini menjadi lebih praktis dan sederhana. Kini saya melihatnya demikian.
Perjalanan siutao secara sederhana kini saya gambarkan tak ubahnya seperti kita berjalan kaki, entah ke warung sebelah atau jalan pagi demi kesehatan, sebuah perjalanan menuju satu atau lebih dari satu tujuan. Caranya adalah dengan melangkahkan kaki kiri dan kaki kanan secara bergantian. Ringkasnya, setelah kaki kiri maju ke depan, giliran berikutnya adalah kaki kanan melangkah. Manfaatnya bisa dirasakan sekarang, seketika.
Pastinya tak asing di telinga kita, ungkapan seorang filsuf Tiongkok yang sangat terkenal, Lao Zi, pernah mengatakan bahwa, “Perjalanan seribu mil selalu dimulai dengan langkah pertama.” Kini saya sebagai seorang penulis Tao TSM, asuhan dan binaan Li Shifu, memberanikan diri untuk mengeluarkan sebuah ungkapan yang tak kalah seru. “Perjalanan hidup seribu mil dalam suasana cen san mei, dimulai dengan kaki kiri dan kaki kanan melangkah secara bergantian. Melangkah dengan kesadaran tinggi (wu) menggunakan tuntunan akal budi jasmani, dilanjutkan melangkah dengan kesadaran tinggi (wu) menggunakan inspirasi rohani karena rajin berlatih Tao Ying Suk. Keduanya dilakukan secara bergantian hingga sampai ke tujuan.” Bagaimana menurutmu? Keren, bukan?
Demikian juga perjalanan hidup setelah mengenal Tao, ibarat kaki kiri melangkah dengan segenap akal budi dan wu kita, dilanjutkan dengan kaki kanan melangkah dalam momen spiritual lien kung.
Sementara itu, persoalan demi persoalan kehidupan yang hadir di depan kita dapat kita sikapi sebagai aba-aba atau pertanda bagi kita untuk masuk ke dalam mode belajar, bukan sedang sial atau menerima hukuman.
Mode belajar mesti dijalani dengan sikap hati sebagai seorang murid yang ingin tahu dan mau tahu. Terdorong oleh hasrat yang besar untuk lebih tahu dan lebih pintar daripada satu periode sebelumnya, ada semangat untuk menjadi orang dengan internal locus of control yang kuat, berdiri di atas kaki sendiri untuk menentukan nasib sendiri, serta bermental seorang pejuang yang gigih, bukan seorang peminta-minta yang tak berdaya.
Dahulu sesi Tao Ying Suk saya jalani dan lakukan dengan mindset cuci tangan dan perjudian, artinya untung-untungan, siapa tahu problem saya teratasi setelah saya melakukan lien kung, ibarat melempar tanggung jawab selanjutnya kepada pertolongan dan belas kasihan Tian.
Namun, sekarang bukan seperti itu saya memandangnya. Sekarang saya memahami bahwa Tao Ying Suk yang berlangsung, baik dalam mode spiritual maupun dalam mode sadar sepenuhnya menggunakan nalar dan akal budi kita, perlu dijalankan secara bergantian.
Saat lien kung, kung lik kita semakin memadai untuk menunjang simpul-simpul wu kita semakin terbuka. Setelah lien kung, badan kita menjadi lebih segar karena sirkulasi darah, oksigen, dan chi semakin lancar serta daya ingat dan daya pikir semakin bening karena kekeruhan pikiran sebelumnya sudah sempat diendapkan, sehingga akal budi semakin siap dan peka untuk memunculkan ide-ide dan solusi.
Jadi, sekarang saya menerapkannya demikian. Setelah akal budi dan kesadaran penuh sudah dikerahkan untuk bekerja, saya masuk ke mode lien kung sebentar. Dalam kesadaran yang rileks, membiarkan siklus dan sirkulasi chi, darah, dan oksigen menjadi lancar. Keduanya dilakukan bergantian, selangkah demi selangkah.
Ketika habis ide dan akal kita, masuklah ke mode lien kung. Ibarat mengisi ulang baterai kita, biasanya beberapa saat kemudian akan muncul ide-ide lanjutan sebagai langkah berikutnya dari langkah yang sudah kita lakukan sebelumnya.
Kemajuan selangkah dalam lien kung dan perbaikan kung lik, disambung dengan penerapan dalam dunia nyata menggunakan akal budi dan nalar waras kita, sembari berjumpa trial and error saat menjalaninya, akan membuat kita semakin pintar. Keduanya ditunjang oleh wu yang berangsur-angsur meningkat, semakin matang, menjadi dewasa, lengkap, dan komplit, maka kita pasti akan bertemu jalan keluar atau solusi. Nah, itulah jurus saya menangani, menanggulangi, dan melewati lika-liku kehidupan, pasang surut kehidupan, atau naik turun kehidupan dalam suasana batin yang tetap tenang, mantap, dan gigih. Ini semudah melangkahkan kaki; kiri kanan, kiri kanan, dan maju jalan ke tujuan secara bergantian. Ulet brow!