Mengeluh

Pada suatu hari, ada seorang tukang kebun yang hidup di sebuah desa kecil. Tukang kebun ini bekerja di sebuah kebun buah-buahan milik seorang tuan tanah yang terkenal di desanya. Karena lokasi kebun yang cukup jauh dari rumahnya, sehari-hari ia harus berjalan kaki melewati hutan dan jalan bebatuan yang menanjak untuk dapat tiba di kebun sang tuan tanah.

Suatu pagi, sebelum ia berangkat bekerja, tiba-tiba hujan turun begitu deras, sehingga ia memutuskan untuk menunggu hingga hujan reda baru kemudian berangkat ke kebun, sambil mengeluh di dalam hatinya “Gara-gara hujan, saya jadi terlambat ke kebun”. Beberapa saat kemudian, hujan pun reda dan si tukang kebun memutuskan untuk segera berangkat. Jalan dan bebatuan yang dilewati si tukang kebun pun menjadi sangat licin setelah hujan, sehingga ia terpeselet dan terjatuh. Akhirnya ia pun mengeluh “Gara-gara hujan, saya jadi terpeleset karena bebatuan menjadi sangat licin”.

Sesampainya di kebun, ia bekerja seperti biasa, tetapi karena kejadian yang menimpanya pagi ini, ditambah dengan matahari yang terasa begitu terik, ia pun bekerja sambil mengeluh. Ketika ia hendak memanen buah semangka dan buah lengkeng, ia berkata sambil menyalahkan “Alam semesta sungguh tidak adil. Kenapa pohon yang begitu besar hanya bisa menghasilkan buah kecil, sedangkan pohon yang kecil malah menghasilkan buah yang besar”. Kemudian setelah selesai bekerja sambil terus-terusan mengeluh, si tukang kebun merasa lelah dan ingin beristirahat. Akhirnya, ia memutuskan untuk tidur di bawah pohon lengkeng yang rindang tadi.

Saat ia sudah tertidur pulas, tiba-tiba sebuah lengkeng jatuh dari pohon tersebut tepat mengenai kepalanya sehingga ia pun terbangun dari tidurnya. Seketika bangun, si tukang kebun kaget dan berkata “Untung buahnya kecil, kalau buahnya besar, kepala saya yang pecah”. Tak lama kemudian, si tukang kebun tersadar bahwa dialah yang bersalah, yaitu salah dalam memandang sesuatu. Ia kemudian melanjutkan pekerjaannya dengan giat dan berhenti mengeluh.

Hal yang dapat diambil dari cerita ini adalah, sebagai manusia sering menyalahkan keadaan dan mengatakan Shen Xian tidak adil ketika masalah datang menerjang. Padahal, sebenarnya masalah yang sama mungkin saja terjadi juga pada banyak orang di luar sana, namun hanya saja kita yang belum mampu mengatasinya. Semua hal yang terjadi, yang tercipta, dan yang kita alami pasti ada sebab, akibat, dan tujuannya, hanya saja kita belum dapat melihatnya dengan sudut pandang yang berbeda.