Menghadapi Trauma Hidup

Trauma adalah keadaan jiwa atau tingkah laku manusia yang menjadi tidak seperti biasanya sebagai akibat dari pengalaman yang menimbulkan tekanan jiwa atau cedera jasmani. Misalnya: mengalami bencana alam (kebakaran, gempa, dll), mengalami kejadian yang hampir merenggut nyawa (kecelakaan, perampokan, penyerangan, dll), mengalami kejadian yang kejam dan mengganggu mental (perkosaan, penindasan/bullying, dll), menyaksikan kejadian traumatis (saksi pembunuhan, saksi kecelakaan, dll), kehilangan seseorang yang berharga (kematian keluarga, pasangan, mungkin juga hewan peliharaan, dll), dan masih banyak lagi. 

Sesungguhnya, dunia manusia adalah dunia yang sulit dan penuh cobaan, dan karena itu sangat rentan terjadi trauma. Terutama pada anak-anak, suatu kejadian yang traumatis akan langsung terekam dalam otak dan dibawa hingga ia tumbuh dewasa. Pengalaman traumatis dapat menyebabkan seseorang berubah menjadi emosional dan stres secara psikis, mengganggu aktifitas karena terus terpikir, tidak bisa tidur, mempengaruhi kemampuannya mengambil keputusan, gemetar dan gugup, dll. Jika sudah tahap parah, bahkan bisa membuat pikiran-pikiran “gelap” muncul. Apa yang bisa kita perbuat jika mengalami trauma yang mengganggu kegiatan sehari-hari?

Pertama-tama, kita harus mengerti dan menerima bahwa orang dengan trauma bukanlah orang yang lemah. Reaksi dari trauma adalah normal dan merupakan cara bagi otak untuk beradaptasi dengan kejadian mengejutkan yang dialami. Dalam kebanyakan kasus, reaksi ini akan berangsur memudar seiring waktu, seiring proses tubuh memulihkan diri secara alami. Namun, apabila otak tidak berhasil mencerna dan beradaptasi, maka bisa menimbulkan reaksi-reaksi negatif yang semakin lama semakin parah. Biasanya, orang ini akan memerlukan bantuan orang luar untuk memulihkan diri. 

Langkah pertama yang paling penting adalah menyadari dan mengakui bahwa diri sendiri sedang mengalami trauma. Denial atau penyangkalan hanya akan memperparah reaksi trauma dan menutup diri dari bantuan orang luar. Terimalah kenyataan bahwa kita telah terpengaruh oleh situasi eksternal yang mungkin akan berlangsung selama beberapa waktu, lama tidaknya akan tergantung dari bagaimana kita mengatasinya. Telusuri dan cari tahu sejak kapan sikap kita berubah dan kejadian apa yang menyebabkan trauma ini (bisa satu atau banyak kejadian sekaligus).

Poin kedua yang penting adalah jangan bergantung pada hal-hal yang dapat membuat kecanduan/memperparah trauma; dalam hal ini termasuk: rokok, alkohol, obat penenang, obat tidur, narkotika, dsb. Semua ini biasanya hanya akan menenangkan/melegakan dalam jangka waktu singkat. Apabila efeknya sudah pudar, hasilnya adalah kondisi mental yang semakin parah tanpa kita sadari. Kita merasa bergantung dan tidak bisa lepas, padahal ini bukanlah solusi yang sebenarnya, karena akar masalahnya sebenarnya bukan diatasi dan dilawan, melainkan hanya ditutupi dan ditunda.

Selanjutnya, yakinkan diri bahwa kita bisa menang melawan trauma. Manusia adalah makhluk yang memiliki daya adaptasi sangat kuat, maka yakinlah bahwa trauma ini akan bisa diatasi. Jaga pikiran agar tetap positif. Wajar apabila kita merasa marah, kesal, sedih, kecewa, atau frustasi saat semuanya terasa hilang kendali, tapi semua ini adalah proses. Jangan menyimpan semua perasaan itu sendirian, seperti bom waktu, tumpukan perasaan ini suatu saat akan meledak keluar, dan kerusakannya menjadi berkali lipat. Carilah keluarga dan teman yang dapat memberikan dukungan penuh dan menjadi tempat bicara. 

Batin seseorang yang mengalami trauma biasanya tegang, sensitif, dan responsif. Maka, penting untuk selalu membuat lingkungan sekitar rileks, nyaman, tenang, dan aman; terutama di rumah. Beraktifitaslah seperti biasa dan penting sekali untuk membuat diri sibuk dengan kegiatan produktif. Olahraga adalah salah satu cara yang efektif untuk memicu otak menghasilkan hormon Endorphin yang berpengaruh dalam mengurangi stres, depresi, kegundahan, dan memperbaiki pola tidur. Selain itu, olahraga dapat meningkatkan level energi, memperkuat daya kerja jantung, memperkuat otot, dll. Jasmani yang sehat dan aktif akan mempengaruhi otak dan hormon, ini adalah salah satu faktor penting yang dapat mendukung. Hindari terlalu banyak duduk, tidur, dan berbaring seharian. 

Selanjutnya, kita harus mengkonfrontasi kejadian traumatis itu sendiri. Menurut penelitian, memblokir pengalaman-pengalaman pahit malah akan berakibat buruk bagi jiwa seseorang. Putar ulang kejadian utama yang menimbulkan trauma tersebut secara bertahap. Telusuri dan pikirkan mengapa hal ini bisa terjadi, dampak psikis apa yang timbul, apa yang mungkin bisa kita perbaiki untuk menghadapi jika kejadian tersebut terulang kembali. Semua ini adalah cara untuk melogiskan kejadian tersebut dan meminimalis emosi kita yang terlalu berperan. Proses ini akan butuh waktu lama dan sulit dilakukan, jangan ragu untuk bicara pada seseorang. 

Yang terakhir dan tidak kalah penting adalah mendekatkan diri pada Dewa-Dewi. Hidup di dunia tidak akan pernah luput dari pengalaman tidak menyenangkan, maka penting untuk sembahyang dan memohon perlindungan yang Maha Kuasa. Jangan lupa beramal dan membantu orang lain yang juga telah mengalami pengalaman pahit dan membutuhkan pertolongan.

Jika kita sedang menjadi pendukung bagi seseorang yang memiliki trauma, hindari kata-kata yang mengintimidasi (judging). Misalnya, janganlah mengatainya bermental lemah dan hanya perlu menjadi lebih kuat. Contoh lainnya, mengatakan bahwa laki-laki tidak boleh menangis dan mengutarakan perasaan, karena itu ngga cowo dan manja. Atau misalnya memberi ultimatum bahwa jika dia tidak segera berhenti, maka hidupnya akan hancur, lebih parah, dll. Masih banyak contoh lain, tapi pada intinya, jadilah pendengar yang baik dan berhenti selalu ingin menilai, mengkritik, dan menyuruh harus begini begitu. Biarkan dia beradaptasi sesuai kecepatan kemampuannya sendiri. Memaksanya bicara dan mengutarakan masalah hanya akan membuatnya semakin menutup diri. 

Menjadi pendukung yang sesungguhnya adalah menjadi seseorang yang mendampinginya melalui masa-masa adaptasi, memompa motivasi-motivasi positif dalam pikirannya, membantunya mengatasi faktor-faktor eksternal lain yang memperparah kondisi mentalnya, dan menjadi kawan baginya mengutarakan perasaan. Bicarakanlah tentang masa depan yang penuh harapan dan positif, yakinkan dia bahwa semuanya akan baik-baik saja pada waktunya dan kita akan selalu ada di sisinya apapun yang terjadi. 

Apabila tetap mengalami kesulitan dalam mengatasi trauma, atau jika reaksi trauma semakin lama semakin parah, jangan ragu untuk mencari bantuan psikolog atau terapi profesional. Jangan menyerah, dan yakinlah hidup ini selalu berputar dan tidak ada yang abadi. Naik turun akan selalu ada, badai pasti akan berlalu juga. 

Semoga bermanfaat dan teruslah maju menghadapi hidup!

Berikan komentar

4 − 2 =