Kita sering mendengar kisah sejarah tokoh-tokoh Tiongkok yang mendapatkan pertolongan dari Dewa dalam bentuk sebuah kegaiban. Ketika Liu Bei, raja negara Shu, sedang dikejar oleh pasukan musuh, ia terkepung karena kuda yang ia tunggangi tidak dapat melewati sungai yang dalam di hadapannya. Lalu kegaiban terjadi, tiba-tiba kuda yang ia tunggangi melompat tinggi hingga naik ke bukit di seberang sungai. Musuhnya sangat kebingungan dan akhirnya tidak bisa menangkap Liu Bei. Dalam sejarah lain, Song Jiang, pemimpin dari komplotan bandit yang menolong orang lemah dan melawan pemerintahan yang korup, juga mengalami kegaiban. Ketika ia sedang bersembunyi dari kejaran musuh di sebuah kuil, ia ditolong dengan terjadinya sebuah kejadian aneh. Ketika detik-detik ia akan ditangkap, tiba-tiba dari belakang altar kelenteng tersebut keluar awan hitam yang meniupkan angin dingin yang kencang. Gemuruh angin itu serentak membuat para musuhnya lari tunggang langgang karena ketakutan. Ternyata, selain cerita-cerita ini, masih banyak tokoh-tokoh sejarah Tiongkok yang tertolong oleh kejadian aneh atau kegaiban dan tercatat dalam sejarah.
Lalu mungkin kita akan bertanya, mengapa kegaiban di jaman sekarang sangat jarang terjadi? Ternyata ada 2 komponen yang dapat mempengaruhi sebuah kegaiban dalam kehidupan seseorang. Yang pertama adalah keadaan yang mendesak. Bila kita sering membaca sejarah atau legenda jaman dulu, maka biasanya kegaiban akan muncul ketika seseorang sedang mengalami keadaan yang mendesak dan tidak ada jalan keluar. Semakin berkembangnya jaman, manusia semakin maju dalam kemampuan, pikiran, dan teknologi. Sehingga di jaman sekarang, kegaiban sudah bisa diciptakan dengan teknologi yang begitu canggih. Bayangkan saja, hanya dengan sekali menekan tombol, kita bisa melihat kejadian yang terjadi ribuan kilometer jauhnya melalui cctv. Dengan remote pengendali, kita bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan berat dengan mesin yang dikendalikan jarak jauh. Bukankah semua ini adalah sebuah kegaiban bagi manusia jaman dulu? Oleh karena itu, kalau kita tidak benar-benar dalam keadaan terdesak, maka langit pun tidak lagi memberikan pertolongan berupa kejadian aneh, karena manusia sudah cenderung bisa mengatasi masalah-masalah yang muncul.
Faktor kedua adalah moralitas. Kegaiban terjadi bukan karena kekuatan dari manusia itu sendiri, melainkan atas bantuan dari Dewa-Dewi. Sehingga bila seorang manusia tidak memiliki hati baik dan moralitas yang tinggi, maka kegaiban pun pasti jarang terjadi. Dalam Xiu Dao, kita diajarkan untuk memiliki moralitas dan perilaku yang baik untuk bisa menggerakan hati Dewa-Dewi. Dengan begitu, maka dalam keadaan yang paling mendesak, kegaiban pasti akan secara alami muncul.
Kesimpulannya adalah, kegaiban tidak perlu dikejar. Semakin dikejar, biasanya kegaiban akan semakin sulit didapat. Sebagai umat Dao yang memahami ini, maka hendaknya kita harus terlebih dahulu berusaha menangani setiap masalah kehidupan dengan kekuatan kita sendiri. Kita juga harus selalu melakukan revisi diri dan memperbaiki moralitas kita. Hal ini jauh lebih penting untuk dilakukan dalam perjalanan Xiu Dao kita, kegaiban yang diberikan oleh para Dewa-Dewi hanyalah sebuah bonus yang perlu kita syukuri dan tidak perlu dikejar.