Menghargai Orang Lewat Cara Berpakaian

Sebagai pemilik tempat usaha yang mayoritas karyawannya beragama lain, pada bulan puasa saya mengajak para karyawan untuk buka bersama. Saat acara berlangsung, saya melihat para karyawan saya berpakaian rapi dan bagus, seolah-olah mereka hendak menghadiri acara penting. Sementara itu, karena depot ini berada di dekat rumah saya, saya merasa cukup dengan mengenakan pakaian rapi, tetapi santai. Pakaian yang saya kenakan bukan pakaian yang sangat bagus, seperti hendak menghadiri acara penting.

Setelah pulang dari acara tersebut, saya akhirnya berpikir dan merasa malu terhadap diri saya sendiri. Saya merasa para karyawan sangat menghargai saya dengan berpakaian bagus, sedangkan saya sebagai pemilik usaha terkesan kurang menghargai mereka dengan berpakaian rapi, tetapi santai. Dari para karyawan, saya belajar hal yang tampak sepele, yaitu menghargai orang dengan cara kita berpakaian.

Saya lalu teringat, kurang lebih sepuluh tahun yang lalu, Shifu kita pernah ciang Tao mengenai power dressing. Setiap beliau berkunjung ke daerah-daerah dan pada sesi ciang Tao, beliau selalu mengajarkan kepada murid-murid yang hadir untuk selalu berpakaian rapi. Tidak perlu mahal, yang penting bagus dan rapi. Beliau ingin murid-muridnya tampil rapi dan berwibawa karena hal itu merupakan salah satu bentuk menghargai diri sendiri dan orang lain. Shifu selalu memberikan contoh; setiap beliau keluar rumah, beliau selalu memakai kemeja lengan panjang yang telah disetrika rapi dipadukan dengan celana panjang dan sepatu. Rambutnya juga selalu disisir rapi. Beliau sangat berwibawa dan tahu cara menghargai orang lain.

Dari kejadian yang saya alami, saya banyak belajar bahwa cara kita berpakaian sangat penting. Berpakaian tidak hanya perlu rapi, tetapi juga harus disesuaikan dengan tempat dan acara agar kita terlihat menghargai orang-orang yang akan kita temui. Pakaian tidak harus mahal atau mewah, tetapi berpakaianlah dengan benar sesuai tempat dan situasi yang ada.