Apa yang paling menarik dari anak-anak? Apakah hanya kecantikan fisik mereka? Apakah keterbukaan mereka untuk mencintai dan dicintai? Atau keceriaan dan humor bawaan mereka? Di luar hal-hal ini, menurut pandangan saya, anak-anak itu cantik karena mereka memiliki sesuatu yang telah hilang dari kita semua yaitu kualitas kepolosan.
Kita semua pernah menjadi anak-anak. Tentu kita semua sudah tahu bagaimana sifat dan tingkah laku anak-anak yang pastinya berbeda dengan orang dewasa. Anak-anak tampil dengan apa adanya dan mereka tidak pernah dipusingkan oleh keadaan. Tidak pernah mereka meminta orang tua untuk menghiasi mereka dengan pakaian-pakaian ala selebritis. Tak pernah mereka meminta untuk diajari diet agar langsing dan berpenampilan bagus. Hal inilah yang membedakan anak- anak dengan orang dewasa. Sifat polos mereka tidak hanya indah. Mereka mengajarkan kepada kita ketulusan dan kejujuran dalam bertindak, berbuat, dan berkata-kata. Lihat saja anak-anak di sekitar kita, terkadang saking polosnya, mereka berkata terlalu jujur kepada orang lain atau ketika kita bertanya sesuatu kepada mereka.
Dalam belajar Dao dan menjalankan proses xiu Dao, kita tidak dituntut untuk menjadi seperti seorang anak kecil, tetapi meniru kepolosan dan ketulusan seperti anak kecil agar menjadi orang yang baik dan benar ketika berhubungan dengan orang-orang dalam masyarakat. Kebanyakan orang dewasa menganggap remeh anak-anak karena mereka dianggap tidak tahu apa-apa. Padahal, banyak sekali nilai luhur yang bisa diambil dari kehidupan anak kecil oleh orang dewasa.
Contohnya, anak kecil mempunyai semangat pantang menyerah yang patut ditiru orang dewasa. Coba perhatikan anak yang sedang belajar berjalan. Langkahnya tertatih-tatih dan sesekali jatuh yang membuat kakinya lecet atau bengkak. Namun, dia tidak berpikir bahwa dia tidak memiliki bakat berjalan. Karena itu, dia terus berlatih tanpa kenal lelah. Kalau saja kita dapat mengambil hikmahnya, walaupun gagal, mereka tak pernah merasa malu karena benjol di sana-sini.
Selain itu, anak kecil memiliki hati yang tulus dan rendah hati. Mereka siap membantu temannya tanpa meminta imbalan. Untuk orang dewasa, terkadang berbuat dengan tulus adalah hal yang sukar. Banyak orang dewasa yang mempunyai niat tersembunyi demi mendapatkan keuntungan pribadi. Ketulusan dan sikap rendah hati anak kecil mengajarkan kita untuk tidak lupa memiliki nilai moral dan jangan hanya mementingkan diri sendiri.
Kita semua lahir dan mulai sebagai bayi. Kita semua secara bertahap tumbuh dari masa kanak-kanak, menjadi remaja, dan dewasa. Dalam prosesnya, hati kita yang murni dan sederhana menderita. Kita terluka dan babak belur oleh kegelapan di dunia materiel. Tidak ada yang dapat berlari dari kenyataan itu. Saat kita menjadi dewasa, kita menghadapi rasa sakit karena ujian dan kesulitan dari kondisi orang dewasa. Dalam prosesnya, jiwa lembut kita mengeras.
Tugas kita sekarang adalah jika kita ingin melampaui efek dari penderitaan dan menemukan jalan kembali ke kondisi yang tulus dan bahagia sebagai orang dewasa, maka kita harus mengembalikan esensi hati yang baik dan murni. Kita yang sudah memiliki kejodohan untuk belajar Dao TSM, haruslah dapat menyayangi kesempatan ini serta belajar dengan baik ilmu untuk mengenal diri dan menemukan kembali ‘aku yang asli’ agar batin kita bisa seperti seorang anak yang murni dan polos. Pikiran dan jiwa kita harus maju ketika dicobai oleh penderitaan. Kita terus berlatih untuk membersihkan hati dan pikiran, membebaskan pikiran kita dari urusan-urusan kecil kehidupan duniawi, sampai ia mencapai keadaan tanpa keterikatan sepenuhnya. Pikiran dan jiwa manusia maju ketika dia dicobai oleh penderitaan. Ibarat semakin banyak tanah dibajak, semakin baik benih yang akan tumbuh dan semakin baik panennya. Demikian pula penderitaan dan kesengsaraan, jika kita terus menggali tanah dalam-dalam, membersihkannya dari rumput liar dan semak berduri, maka hati dan pikiran pelan-pelan tidak ternoda oleh dunia.
Mari kita semua yang xiu Dao belajar terus untuk meraih kembali kemurnian hati dengan terus xiu xin yang xin untuk mencapai kesempurnaan.
“Tao adalah pembimbing kesempurnaan”
(buku kuning, hal. 40)