Merevisi diri artinya memperbaiki pola pikir, sifat, sikap atau perilaku, dan tindakan kita menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berhubungan dan memerlukan orang lain. Oleh karena itu, memperbaiki sikap dan tindakan kita dalam berhubungan dengan orang lain termasuk bagian yang penting dalam proses merevisi diri.
Merevisi diri dalam berhubungan dengan orang lain dapat dimulai dengan membiasakan diri untuk melakukan hal-hal yang paling sederhana, misalnya mengucapkan “terima kasih” kepada orang yang menolong kita, mengucapkan “tolong” saat meminta bantuan, dan mengucapkan “maaf” apabila kita melakukan kesalahan. Hal-hal lain yang juga dapat kita lakukan, seperti mempedulikan orang-orang di sekitar kita (orang tua, saudara, pasangan, anak, tetangga, dan teman), memaafkan kesalahan orang lain, memotivasi orang lain, menghibur orang yang sedih, serta memberi nasihat yang baik apabila diminta.
Merevisi diri sendiri merupakan kebajikan yang besar nilainya karena merevisi diri dapat membawa perubahan yang positif tidak hanya pada diri sendiri, tetapi juga pada orang lain. Berikut ini beberapa contohnya.
- Ketika kita memberikan senyuman atau pujian kepada orang lain, orang lain akan merasa dihargai.
- Ketika kita memberikan perhatian kepada orang lain, orang lain akan merasa dipedulikan.
- Ketika kita berbuat baik dengan tulus kepada orang lain, orang lain akan merasa bahagia dan terhibur serta dapat menularkan semangat kepada orang lain untuk ikut berbuat kebaikan (menciptakan rantai kebaikan).
Semakin terbiasa merevisi diri, kita akan menjadi pribadi yang semakin baik. Kita akan menjadi orang yang lebih peduli, lebih ramah, lebih toleransi, lebih perhatian, lebih sabar, murah senyum, mudah memaafkan, mudah berbuat baik kepada sesama, dan masih banyak lagi. Seiring perubahan diri kita ke arah yang positif, kita akan mempunyai lebih banyak teman karena mereka menjadi nyaman dan senang berada bersama kita. Keberuntungan juga tentu saja akan mengikuti kita.
Musuh terbesar dalam merevisi diri adalah kemarahan. Marah yang tidak dapat dikendalikan dapat menyebabkan kita kehilangan nalar, kehilangan kontrol diri, serta berbuat hal-hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, mengendalikan marah juga penting untuk dilatih. Proses latihan ini memerlukan waktu dan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kita boleh dikatakan berhasil mengendalikan marah ketika diri sendiri sudah tidak dapat marah lagi dan dapat menjaga ketenangan diri dalam situasi apa pun.
Sebagai orang yang siutao, kita sebaiknya merevisi diri secara terus-menerus. Proses revisi diri seharusnya tidak ada habisnya dan sampai akhir hayat. Hal ini sejalan dengan tujuan utama siutao, yaitu menuju kesempurnaan (zhen shan mei). Selamat merevisi diri.