Pernahkah kita menyadari bahwa sepanjang hidup kita dari kecil hingga dewasa, kita banyak melihat, mengamati, dan belajar dari tindak tanduk orang tua kita? Banyak orang bahkan tidak sadar kalau dirinya setelah dewasa dan seiring bertambahnya usia, tingkah laku dan tindak tanduknya menjadi seperti orang tuanya, baik itu kebaikannya maupun keburukannya. Inilah yang dimaksud dengan peribahasa “Buah jatuh tak jauh dari pohonnya”.
Bagi Sahabat Tao tentu hal ini tidak mutlak demikian karena kita mengerti bahwa apa yang baik harus dijalani dan apa yang tidak baik harus ditinggalkan. Dalam proses bertumbuh dewasa, Sahabat Tao tentu sudah bisa memilah-milah, mana tindakan orang tua yang patut dicontoh/diteladani dan mana tindakan orang tua yang tidak boleh dicontoh. Inilah kehebatan orang yang siutao dibandingkan yang tidak siutao karena pengertian dan kesadarannya mengungguli sesama.
Bagaimana saat kita sudah menjadi orang tua? Semua tindak tanduk kita juga akan dilihat dan diamati, bahkan ditiru dan diteladani oleh anak-anak kita. Saat menjadi anak kita meniru, sebaliknya setelah menjadi orang tua kita ditiru. Anak-anak kita akan cepat belajar dari segala tindakan kita, entah itu baik ataupun buruk. Menjadi seperti apa tingkah laku anak-anak kita kelak ditentukan oleh tingkah laku atau tindak tanduk kita saat ini.
Sebagai insan yang siutao, tentu kita berharap anak-anak kita setelah beranjak remaja juga akan siutao, menjadi manusia-manusia unggul yang berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Mereka mempunyai karakter-karakter yang baik, mengerti dan mematuhi norma-norma di masyarakat, menjunjung tinggi tata susila yang berlaku, menghormati orang lain, toleransi, dan sebagainya. Pertanyaannya, sanggupkah kita sendiri menjalankan semua itu?
Sebetulnya semua harapan kita terhadap anak, itulah yang harus kita jalankan terlebih dahulu untuk menjadi contoh/teladan bagi anak. Bila kita ingin anak kita menghormati orang tua, sudahkah kita menghormati orang tua kita? Jika kita mau anak kita mematuhi aturan-aturan di sekolah, sudahkah kita menaati aturan-aturan yang berlaku di masyarakat? Kalau kita ingin anak kita mampu bersikap toleransi terhadap sesama, sudahkah kita bertoleransi terhadap sesama? Jika kita ingin anak kita bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya, sudahkah kita menjalankan tanggung jawab sebagai orang tua? Bila kita ingin anak kita bertutur kata sopan, sudahkah kita bertutur kata sopan terhadap sesama?
Kita adalah cermin bagi anak-anak kita. Maka dari itu, jadilah cermin yang memancarkan cahaya kedamaian, kebaikan, dan keharmonisan sehingga kelak anak-anak kita akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang membawa kedamaian, kebaikan, dan keharmonisan di masyarakat pada umumnya dan di keluarganya sendiri pada khususnya.
Prinsip keteladanan orang tua terhadap anak merupakan metode pendidikan yang terbaik dan paling manjur. Lao Zi mengatakan “行不言之教” (mendidik tanpa kata-kata), inilah prinsip keteladanan yang diutamakan dalam ajaran Tao.