Selalu Melihat ke Luar, Lupa Menata ke Dalam

Jika diamati, ungkapan ini benar adanya. Ini merupakan proses alamiah. Sejak lahir, manusia diberikan dua mata untuk melihat ke luar, melihat dunia. Objek dan cahaya yang ditangkap oleh retina diubah menjadi sinyal elektrik, diteruskan ke otak, lalu diubah menjadi gambar yang kita terima. Kemudian gambar yang terbentuk direkam ke dalam memori bawah sadar. 

Proses ini terjadi secara alamiah sejak kita lahir, selalu terjadi ketika kita membuka mata. Proses ini mengarahkan kita pada kecenderungan-kecenderungan tertentu yang pada akhirnya membuat kita melihat segala hal yang hanya ingin kita lihat atau dengar. Hal ini menjadikan diri kita semakin jauh dari kata ‘objektif’ dan ‘netral’, apalagi dari kebenaran utuh. 

Kondisi ini semakin seru setelah media sosial semakin marak, menambah informasi sekaligus keruwetan yang ada. Ketika kita menutup mata, biasanya kita sudah dalam kondisi tidak sadar alias tidur. Permasalahan muncul ketika kebiasaan ini kebablasan. Tumpukan memori dari bawah sadar ditambah pemikiran-pemikiran yang terekam di bawah sadar dan belum tentu benar, menjadikan diri kita sebagai hakim atas diri orang lain, keadaan, atau peristiwa.

Apakah opini atau penghakiman ini sebuah kebenaran? Tentu tidak. Ini hanya sebuah proyeksi dari si pembuat opini atau orang yang menghakimi. Jadi ketika kita dihakimi oleh orang lain, tidak usah panik dan tidak perlu terlalu ribet untuk membuat klarifikasi karena hal itu hanyalah pernyataan si pembuat opini. Malahan apa yang diucapkan sebenarnya adalah gambaran diri si pembuat opini, bukan gambaran diri kita seutuhnya. 

Masalah kedua adalah karena kebablasan tadi, kita lupa melihat dan memeriksa  ke dalam diri kita. Kita lupa pada perangkat yang kita miliki, seperti tubuh beserta organ-organ di dalamnya, perasaan, emosi, passion, potensi-potensi diri, dan lain-lain. Ada peribahasa yang mengatakan, “Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak.” Artinya sering kali kita mencela dan menilai kesalahan orang lain, tetapi lupa mengoreksi pikiran, ucapan, dan perilaku diri sendiri. 

Bagaimana supaya kita tidak lupa melihat ke dalam diri? Ada metode dari Tao TSM yang mudah dipraktikkan, yakni Dao Yin Shu, suatu metode seni keilahian atau seni mengolah diri menuju keilahian.

Metode ini melatih diri kita untuk menyadari perangkat-perangkat di dalam diri dan mengolahnya. Kita mengamati pikiran dan tubuh sendiri, jalannya energi di dalam tubuh, serta mengamati rasa dan emosi di dalam tubuh. Dengan menutup mata dan semua panca indera dalam keadaan sadar, kita dapat mengembangkan kesadaran batiniah serta meningkatkan kesadaran jaga dan kewaspadaan kita. Metode ini dapat menuntun kita untuk memiliki tubuh yang sehat,  memahami diri sendiri, dan lebih jauh lagi, menyadari kesejatian diri. 

Dengan terbiasa mengamati diri, kita akan menjadi pribadi yang tidak mudah menghakimi segala sesuatu. Bagaimana bisa mendapatkan pengalaman ini? Silakan hubungi taokuan-taokuan terdekat di kota Anda.