Bakti Anak Sedalam Samudra atau Setinggi Langit?

Sebagai seorang anak, kita dihadapkan pada karakter orang tua yang mungkin berbeda dengan kita. Ada orang tua yang mendidik secara diktator, demokratis, atau yang membebaskan anak sebebas-bebasnya karena rasa sayangnya. Ada orang tua yang bijaksana, kurang bijaksana, atau sama sekali tidak bijaksana.

Sering kali kita sebagai anak mempunyai dilema psikis sehingga mempertanyakan dalam hati, “Mengapa orang tua saya susah untuk sejalan dengan pemikiran saya? Betapa kolot pemikirannya. Betapa susah untuk dimengerti.” Hal ini menyebabkan tidak jarang anak bersikap kurang ajar, acuh dengan orang tuanya, ataupun tidak peduli dengan keberadaan orang tuanya.

Mengapa bisa terjadi demikian? Faktor yang mendasar adalah perbedaan generasi yang menyebabkan perbedaan pola pikir antara orang tua dan anak. Selain itu, bentrokan ego orang tua dan anak juga menjadi salah satu penyebabnya.

Bagaimana sebaiknya sikap kita sebagai anak? Introspeksi dan mawas diri adalah solusinya. Mungkin terhadap orang tua yang kurang bijaksana, kita bisa memberikan argumen secara baik-baik dan sedikit demi sedikit membuka pikiran mereka. Jangan terlalu berharap mereka selalu mau dan mengerti jalan pikiran atau pendapat kita. Setidaknya memberikan pandangan dengan pelan-pelan, dengan kesabaran kita, dan dengan cara yang benar, sudah merupakan solusi terbaik bagi kita, anak yang xiu Dao. Sebongkah batu bisa terkikis karena terkena tetesan air terus-menerus. Tidak mudah mengubah pemikiran orang tua kita, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk mereka mengerti, bukan?

Tidak ada induk harimau yang menggigit anaknya. Sekeras apa pun karakter orang tua, semuanya pastilah bertujuan untuk kebaikan anaknya. Terimalah mereka apa adanya, sayangi, dan hargai mereka seperti tulusnya orang tua membesarkan anaknya.

Lalu, sampai batas apa kita sebagai anak dapat menerima dan terus mengalah dengan perbedaan ini? Apakah bisa lapang dada menerima keadaan yang tidak nyaman karena perbedaan ini?

Inilah proses terdalam dari bakti anak kepada orang tuanya. Gunakan wu untuk terus menjalankan bakti anak kepada orang tua dengan sebaik-baiknya dan dengan cara yang benar! Rasa bakti seorang anak bukanlah teori semata, bukanlah rasa bakti yang sedalam samudra, dan bukan pula rasa bakti yang setinggi langit, melainkan rasa bakti yang tulus dari hati, tanpa paksaan, dan tanpa syarat, setulus jasa dan pengorbanan orang tua dalam membesarkan dan mendidik kita.

Semoga bermanfaat.