Pada masa Tiongkok kuno, sekitar tahun 2300–2200 SM, hidup seorang pemuda bernama Shun yang terkenal karena kebaktiannya kepada keluarga. Shun lahir di keluarga yang tidak harmonis. Ayahnya buta dan pemarah, sementara ibu tirinya selalu memperlakukannya dengan kejam. Saudara tirinya pun tidak segan-segan menyakiti Shun, baik secara fisik maupun mental. Namun demikian, Shun tetap memperlakukan mereka dengan kasih sayang dan rasa hormat yang luar biasa.
Sejak muda, Shun mengabdikan dirinya untuk membantu keluarganya. Ketika ibu tiri memberinya tugas yang berat dan tidak adil, Shun tidak pernah mengeluh dan selalu melaksanakannya dengan sepenuh hati. Saat ayah atau saudara tirinya marah dan berlaku kasar, Shun merespons dengan tenang dan rendah hati. Kebaktiannya kepada keluarga tetap teguh meskipun ia kerap diperlakukan secara tidak adil.
Kisah yang paling terkenal tentang Shun adalah ketika dia bekerja di ladang. Ayah dan saudara tirinya berusaha mencelakainya dengan membuat jebakan di sekitar ladang yang ia garap. Namun, Shun berhasil lolos dari jebakan tersebut tanpa menyimpan dendam sedikit pun. Sebaliknya, dia justru semakin menunjukkan rasa hormat dan perhatian kepada keluarganya.
Tindakan Shun yang luar biasa ini sampai ke telinga para pejabat pemerintahan dan raja pada masa itu. Mereka tergerak oleh ketulusan dan keteguhan hatinya. Raja Yao, yang memerintah saat itu, sangat terkesan dan memutuskan untuk menguji Shun lebih lanjut. Shun diundang ke istana dan diberi tanggung jawab besar untuk mengelola pemerintahan.
Shun membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang bijaksana, adil, dan penuh kasih. Di bawah kepemimpinannya, kerajaan menjadi makmur dan rakyat hidup dalam kedamaian. Akhirnya, Raja Yao mengangkat Shun sebagai penerus takhta, menjadikannya Kaisar Shun. Shun memimpin dengan prinsip kebaktian, tidak hanya kepada keluarganya, tetapi juga kepada rakyat yang dianggapnya sebagai keluarga sendiri.
Legenda menyebutkan bahwa kebaktian Shun yang mendalam bahkan menggugah langit. Dewa-dewi memberinya bantuan dan memberkati pemerintahannya dengan kesuburan dan kedamaian. Shun menjadi simbol kebaktian yang sempurna, bukan hanya kepada keluarga, tetapi juga sebagai pemimpin yang peduli terhadap rakyatnya.
Kisah Shun mengajarkan bahwa kebaktian dan cinta yang tulus dapat mengatasi rintangan apa pun. Meskipun menghadapi situasi sulit, Shun tetap memilih jalan kebajikan dan pengorbanan. Kisah ini menjadi pelajaran bagi kita semua untuk selalu menghormati keluarga dan menjalankan tanggung jawab dengan hati yang tulus.
Melalui keteladanan Kaisar Shun, kita diajak merenungkan pentingnya nilai berbakti dalam kehidupan sehari-hari. Seperti Shun, kita juga dapat mengubah dunia di sekitar kita dengan cinta dan kesabaran yang tulus.
