Bao Zheng (包拯) (999-1062) adalah seorang hakim dan negarawan terkenal pada zaman Dinasti Song Utara, yang dikenal dengan julukan “Bao Qingtian” (包青天) yang berarti “Bao si Langit Biru”. Dalam budaya Tiongkok, Bao Zheng dipuja sebagai simbol keadilan dan kejujuran.
Lahir di Hefei, Anhui, sejak kecil Bao Zheng menunjukkan kecerdasan luar biasa. Setelah lulus dengan nilai tertinggi dalam ujian kekaisaran, ia memulai karier sebagai pejabat daerah.
Ketenaran Bao Zheng sebagai penegak hukum yang tegas mulai dikenal ketika ia bertugas sebagai hakim di Kaifeng. Di sana Bao Zheng menangani kasus-kasus rumit dengan berani, membongkar banyak kasus korupsi, menegakkan hukum tanpa pandang bulu, bijaksana dalam menyelesaikan perselisihan, dan melindungi rakyat. Selama masa jabatannya, ia memegang beberapa posisi penting, termasuk sebagai menteri dan kanselir, serta memainkan peran penting dalam reformasi pemerintahan.
Bao Zheng, sang hakim agung yang tersohor, terkenal dengan berbagai kisah yang menunjukkan ketegasan, kecerdasan, dan kebijaksanaannya dalam menegakkan keadilan. Dalam satu kisah, ia tanpa ragu menghukum seorang pangeran yang melakukan korupsi untuk membangun menara gading yang mewah dengan uang rakyat. Bao Zheng merobohkan menara tersebut sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan. Kecerdasan Bao Zheng juga terlihat dalam strateginya untuk menangkap pencuri lihai. Ia menyebarkan berita tentang seekor monyet pencuri yang meneror kota sehingga pencuri yang sebenarnya terpancing dan tertangkap basah. Sikapnya yang mendengarkan semua pihak secara cermat dan memberikan solusi yang adil membuatnya dihormati dan dicintai rakyat. Kisah-kisahnya menjadi teladan bagi seorang pemimpin untuk bersikap tegas, cerdas, dan bijaksana dalam menegakkan keadilan.
Bao Zheng memiliki tiga alat pancung dengan corak kepala hewan yang berbeda-beda, melambangkan status sosial pelanggar hukum. Rakyat biasa dihukum dengan alat pancung berkepala anjing, pejabat yang bersalah dihukum dengan alat pancung berkepala harimau. Bahkan, Bao Zheng tak segan menggunakan alat pancung berkepala naga untuk menghukum kaisar dan keluarganya jika terbukti bersalah. Keadilan dan persamaan di mata hukum semakin ditegaskan dengan topi lebar yang selalu dikenakan Bao Zheng. Topi tersebut seolah menjadi simbol bahwa di hadapannya semua orang sama tanpa memandang status sosial.
Bao Zheng meninggal pada usia 63 tahun. Kematiannya ditangisi oleh rakyat yang kehilangan sosok pemimpin yang adil dan bijaksana. Bao Zheng menjadi legenda dan simbol keadilan dalam budaya Tiongkok. Kisah hidupnya diceritakan kembali dalam novel, opera, dan film.
Di beberapa daerah, Bao Zheng dipuja sebagai dewa pelindung rakyat dan penegak hukum. Kuil-kuil didirikan untuk menghormatinya dan banyak orang yang berdoa kepadanya untuk mendapatkan keadilan. Integritas dan ketegasan Bao Zheng telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam sejarah. Ketegasan, kebijaksanaan, dan integritasnya menjadi inspirasi bagi banyak orang hingga saat ini.