“Dewa pasti aneh, aneh tak pasti Dewa.” Demikianlah sepenggal kutipan dari buku Xiu Dao Bao Jian. Dahulu, saat membaca kutipan ini, saya tidak memahami maknanya. Namun, setelah mengenal Dao Yin Shu dan merasakan sendiri petunjuk dari Dewa-dewi, saya mulai perlahan memahami arti dari kalimat tersebut.
Sebagaimana diketahui, melalui Dao Yin Shu, kita dapat merasakan keberadaan Dewa-dewi secara langsung dan mendapatkan petunjuk-Nya melalui berbagai cara. Dari sinilah kalimat tersebut menjadi sangat bermakna.
Terkadang Dewa-dewi memberikan petunjuk-Nya dengan cara yang unik untuk menyadarkan kita. Cara yang unik inilah yang sering kita anggap sebagai sesuatu yang “aneh”. Padahal, sebenarnya cara unik tersebut digunakan Dewa-dewi untuk menyadarkan kita hingga ke dasar. Dewa-dewi tidak hanya memberi tahu, tetapi juga menyadarkan. Di sinilah kita mengasah wu (kesadaran) serta menggunakan logika serta ilmu yang sudah kita dapatkan dari ting Tao dan membaca buku.
Ada sebuah cerita tentang seorang daoyou yang masih terjebak dalam mi xin (takhayul). Dia percaya bahwa Dewa memakan makanan yang dipersembahkan. Suatu hari, ketika dia makan di sebuah depot, Dewa menyuruhnya memesan sepuluh porsi bakmi karena banyak Dewa yang datang ingin makan. Tanpa berpikir panjang, dia memesan sepuluh porsi sehingga pemilik depot kebingungan melihatnya yang makan sendirian. Nah kan, “Dewa itu aneh”. Karena tidak wu, daoyou ini justru terlihat aneh di mata orang lain.
Padahal, Dewa ingin menyadarkan dia bahwa Dewa tidak memakan makanan tersebut. Petunjuk itu seharusnya membuatnya dapat mengendalikan dirinya dan menghindari situasi di mana dia “bertemu Dewa, tetapi kehilangan aku.” Keluar dari mi xin memang tidak mudah, tetapi inilah bagian dari proses xiu Dao.
Adapun maksud dari “aneh tak pasti Dewa” adalah untuk mengingatkan kita agar tidak mudah percaya pada orang-orang aneh yang mengatasnamakan Dewa untuk memberikan petunjuk. Segala hal yang kita dengar harus kita telaah dan pikirkan secara logis. Dewa memang ada dan dapat memberikan petunjuk, tetapi kita tidak boleh mudah tertipu oleh mereka yang mengaku bertindak atas nama Dewa.
Berikut kutipan dari buku Xiu Dao Bao Jian.
“Semasa hidup manusia yang lumayan panjang ini, semuanya seperti melangkah maju dalam suasana kegelapan. Kalau pernah belajar Tao, kadang-kadang Dewa kecil bisa datang memberi tahu sedikit sian ci (yang aneh), misalnya memberi tahu bahwa di depan jalanan itu ada suatu bahaya/maut, tetapi Anda pun tak mengerti atau tak percaya (inisiatif kurang tinggi) dan tak mau membelok sedikit atau menyisih menghindar. Apa boleh buat dan apa daya? Maka xiu Dao itu memang tidak gampang; waktu Anda sudah mengerti sungguh Tao itu apa sebenarnya, sering-sering sudah terlambat. Kalau bisa wu (mengerti), tentu tidak demikian. Bagi yang tidak mengerti Tao, mereka tak mengerti apa-apa dan tak ada Dewa kecil yang memberitahu dahulu, jelas lebih ngeri tentunya.”
“Sesuatu yang jelas sudah dapat dibuktikan, biar cara pembuktian itu bagaimana pun, Anda harus mengakuinya, itulah sikap yang ilmiah. Jika dengan sikap kolot tak mengakui, itu adalah suatu kebodohan. Sikap yang baik ialah jika masih kurang jelas atau curiga pembuktian tersebut, maka haruslah maju lagi selangkah untuk mengetahui lebih dalam, seperti mengejar suatu ilmu dalam pendidikan.”
“Belum berakhir, janganlah memastikan apa artinya sesuatu yang terjadi.”