Dalam dongeng-dongeng atau cerita-cerita rakyat, sering dikisahkan seorang pangeran tampan yang menjadi idaman semua wanita. Umumnya dikisahkan secara kontras, yakni ada seorang wanita yang berasal dari kalangan istana, dan seorang wanita lagi dari kalangan rakyat jelata. Wanita dari kalangan istana biasanya dideskripsikan sebagai seseorang yang penuh intrik, tidak tulus, dan mempunyai tujuan-tujuan di balik setiap tindakannya. Sering kali juga didukung oleh ibunya yang mempunyai motif-motif mendapatkan kekuasaan dan kekayaan. Lebih seru lagi dibumbui dengan bantuan penyihir yang seram dan jahat. Sementara wanita yang berasal dari kalangan rakyat jelata dideskripsikan mempunyai sifat yang baik hati, tulus, serta tindak-tanduknya wajar dan alamiah.
Anehnya lagi, sang pangeran idaman tersebut selalu diceritakan jatuh hati kepada gadis jelata yang bukan dari kalangan istana. Ketulusan dan kepolosan gadis jelata menggetarkan hati sang pangeran. Ada chemistry yang sangat kuat di antara mereka berdua. Namun perjalanan kisah cinta mereka umumnya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Mereka ditentang oleh ibunda sang pangeran (sang ratu). Sang ratu malu jika calon menantunya bukan dari kalangan istana, yang tidak mempunyai kedudukan dan harta yang sejajar dengan sang pangeran. Berbagai upaya dilakukan untuk menggagalkan kisah cinta antara sang pangeran dengan gadis jelata.
Kondisi ini dimanfaatkan oleh kalangan istana. Mereka berusaha memengaruhi sang ratu supaya menjodohkan sang pangeran dengan putri mereka, yang tentunya dihiasi dengan motif-motif kekuasaan dan materi di baliknya. Karena kata-kata manis, intrik-intrik, dan bantuan sihir yang digunakan, sang ratu akhirnya setuju untuk menjodohkan sang pangeran dengan salah satu gadis dari kalangan istana. Sang gadis dan bundanya yang penuh intrik tersebut sudah merasa di atas angin. Mereka berpikir bahwa siasat mereka berhasil, sihir juga bekerja dengan baik sehingga sang ratu dan sang pangeran sudah ada di dalam genggaman mereka.
Namun apa boleh dikata, langit berkehendak lain. Apa yang sudah diperhitungkan oleh manusia, tidak sebanding dengan perhitungan langit (人算不如天算 – Rén suàn bù rú tiān suàn). Kekuatan cinta yang tulus antara sang pangeran dan gadis jelata idamannya telah menggetarkan langit dan bumi. Para dewata pun sampai terketuk untuk membantu melancarkan kisah cinta mereka.
Rintangan demi rintangan pun dapat dilalui dengan baik. Sihir-sihir dari pihak lawan di istana juga tidak manjur lagi. Kejahatan rontok melawan kebaikan, kelicikan hancur berantakan melawan ketulusan, cinta yang bermotif kekuasaan kandas melawan cinta yang tulus. Akhirnya sang pangeran dapat bersatu dengan gadis jelata idamannya, dan mereka menjalani kehidupan yang damai dan bahagia.
Kisah dalam dongeng tersebut menyimbolkan sesuatu dalam kehidupan kita, yakni tulus dan intrik, baik hati dan licik, serta ambisi yang membabi buta dan keinginan yang tulus ikhlas.
Intrik, licik, dan ambisi yang tak terkendali menuju kegagalan dan kehancuran. Tulus, ikhlas, dan tindak-tanduk yang wajarmembawa kelancaran dan kebahagiaan.
Ketulusan menjadi kunci untuk menembus pintu langit dan mendapatkan berkah dari para dewa. Seperti sepenggal syair dalam sebuah lagu Tao berikut ini.
诚心通天大吉利,福报自然报自己
Chéng xīn tōng tiān dà jí lì, fú bào zì
rán bào zì jǐ
Lahir batin menyatu, berkah pada diriku