Legenda 8 Dewa – Zhang Guo Lao

Zhang Guo Lao diperkirakan hidup pada masa dinasti Tang di abad ke 6 atau 7 Masehi. Beliau terlahir di keluarga kalangan rakyat jelata. Demi bertahan hidup, Zhang Guo Lao muda bercocok tanam di ladang dan menjual hasil tanamannya ke pasar dengan menunggangi keledai putih. Sepulangnya dari pasar, beliau beristirahat sejenak di sebuah kelenteng. Karena terlalu lelah, beliau pun tertidur. Tak lama, aroma makanan yang lezat mengusik tidurnya dan akhirnya Zhang Guo Lao pun terbangun. Karena belum makan sejak pagi, beliau pun berkeliling mencari asal aroma makanan tersebut.

Ternyata, di ruangan sebelah, terdapat sejumlah makanan lezat yang tak terkira jumlahnya. Merasa bahwa ini adalah hadiah dari langit, Zhang Guo Lao pun mulai menyantap makanan itu dengan girang. Tak lupa, beliau membagikan makanan tersebut untuk keledainya. Setelah selesai, beliau pulang ke rumah, tanpa menyadari bahwa makanan yang dimakannya merupakan sajian yang dibuat oleh seorang pertapa Tao untuk mencapai kesempurnaan.

Zhang Guo Lao pun meneruskan hidupnya hingga ratusan tahun. Beliau terkenal bijaksana dan suka menolong rakyat jelata. Dengan menunggangi keledainya, beliau berkeliling negeri untuk membantu warga yang kesulitan. Karena kebesaran hati dan kebijaksanaannya, Kaisar dinasti Tang mengutus seseorang untuk mengajak Zhang Guo Lao ke istana. Sesampainya sang utusan di rumah Zhang Guo Lao, sang utusan mendapati bahwa Zhang Guo Lao telah meninggal. Oleh karena itu, ia pulang ke istana dengan tangan hampa.

Namun, Zhang Guo Lao ternyata tidak meninggal. Beliau kembali meneruskan perjalanannya dan membantu rakyat yang membutuhkan. Mendengar hal ini, sang Kaisar merasa dibodohi dan memanggil Fei Wu, seorang pertapa Tao, untuk meyakinkan Zhang Guo Lao agar mau datang ke istana. Sesampainya Fei Wu di kediaman Zhang Guo Lao, ia menyampaikan niatnya untuk mengajak Zhang Guo Lao pergi ke istana. Detik itu juga, Zhang Guo Lao seperti kehilangan napasnya dan meninggal. Merasa amat bersalah, Fei Wu menangisi kepergian rekannya itu dan meminta maaf atas kelancangannya. Zhang Guo Lao pun kembali bernapas dan mengampuni Fei Wu. Beliau pun setuju untuk pergi ke istana dengan syarat bahwa beliau tidak akan dipaksa untuk menerima jabatan dalam pemerintahan.

Sesampainya di istana, Zhang Guo Lao dipersilahkan istirahat di ruang tamu agung. Sementara itu, Kaisar memanggil seorang pertapa Tao lain bernama Fa Shan.

 “Apakah kamu mengetahui apa rahasia dari hidup abadi Zhang Guo Lao?”

“Tentu saja Yang Mulia. Hamba mengetahuinya.”

“Apakah itu?”

“Hamba tidak bisa mengatakannya Yang Mulia. Karena ini adalah rahasia langit. Jika saya membongkar rahasia ini maka hamba akan mati”

“Begitukah?”

“Ya, Yang Mulia. Kecuali Yang Mulia berjanji untuk melepaskan mahkota dan jubah kebesaran Yang Mulia dan bergegas memohon ampun kepada Zhang Guo Lao apabila hamba meninggal.”

“Baiklah, saya menyanggupinya.”

“Rahasia dari hidup abadi seorang tua Zhang adalah menembus inti dari ….”

Sebelum bisa menyelesaikan kalimatnya, darah mengucur dari telinga, mata, hidung dan telinga Fa Shan. Ia pun terjatuh mati. Kaisar yang amat ketakutan bergegas melepaskan jubah dan mahkotanya dan dengan tanpa alas kaki berlari menuju ruang tamu agung tempat Zhang Guo Lao beristirahat.

Sang Kaisar berlutut memohon ampun di depan Zhang Guo Lao dan mengatakan bahwa ini semua adalah salahnya. Zhang Guo Lao dengan tenang menjawab: “Anak muda itu terlalu banyak bicara. Hamba khawatir jika hamba mengampuninya, maka ia akan kembali membongkar rahasia langit!” Sang Kaisar kembali memohon pengampunan di hadapan Zhang Guo Lao. Akhirnya, Zhang Guo Lao menyeduh sepoci teh, meminumnya sedikit dan menyemburkan sisanya ke muka Fa Shan. Seketika itu juga, Fa Shan pun kembali bernapas.

Kaisar yang menyadari kesaktian dan kebesaran hati Zhang Guo Lao, memutuskan untuk tidak lagi mengganggu beliau dan membungkuk tiga kali saat Zhang Guo Lao pergi meninggalkan istana. Konon, beliau terbang menunggangi keledainya ke langit dan sejak itu, Zhang Guo Lao tidak pernah terlihat lagi.