Mantap Hati menuju Tao

Dalam kehidupan ini, banyak sekali hal yang tidak kita ketahui, dan banyak pula kejadian yang tidak pasti. Semua itu tentunya dapat mengganggu ketenangan jiwa, membuat batin terasa hampa, serta menjadikan hidup seolah-olah kosong dan tanpa makna. Adakah kepastian dalam hidup ini? Adakah kaidah-kaidah atau hukum-hukum yang benar-benar adil dalam kehidupan ini?

Lao Zi, melalui tulisannya yang terdiri dari 5.000 kata yang disebut kitab Dao De Jing, membuka kesadaran manusia bahwa ada sesuatu yang disebut Tao (Dao), yang menjadi ibu dari segala sesuatu yang melahirkan segala yang ada di alam semesta ini. Tao ini sangat sulit untuk dideskripsikan wujudnya. Lao Zi mengatakan bahwa Tao yang dapat diungkapkan dengan kata-kata bukanlah Tao yang sejati. Namun, beliau berusaha mendeskripsikan bahwa Tao itu samar-samar, tetapi nyata. Tao bergerak berputar terus-menerus dan tak pernah padam. Tak ada kekuatan lain yang menggerakkannya. Tao bergerak mengikuti kealamiahannya sendiri.

Manusia mengikuti kaidah-kaidah bumi yang dipijaknya, bumi mengikuti aturan-aturan langit yang mengayominya, langit berjalan sesuai kaidah-kaidah Tao yang maha besar, dan Tao bergerak menurut kealamiahannya sendiri. Tao inilah yang menjadi kekuatan dan jalan bagi semesta alam beserta isinya, termasuk manusia. Maka dari itu, manusia sebenarnya memiliki pegangan yang pasti dalam hidupnya, yaitu kembali ke pangkuan ibu semesta (Tao). Dengan kembali ke pangkuan ibu semesta, manusia tidak akan kehilangan arah lagi.

Manusia yang mengikuti jalan Tao akan selamat dan abadi. Tao adalah ibu, Tao adalah sumber kekuatan, Tao adalah hukum-hukum yang maha adil, dan Tao adalah sumber kehidupan abadi. Manusia ingin mencapai kebahagiaan dan keabadian. Maka dari itu, tidak ada jalan lain selain mengikuti jalan Tao, belajar selaras dengan Tao, dan menyatu dengan Tao. Bagaimana caranya?

Lao Zi mengatakan bahwa Tao selalu wu wei (无为); seperti tidak berbuat apa-apa, tetapi segala sesuatu terjadi dengan sendirinya secara alamiah. Tao diumpamakan seperti air yang selalu menyejukkan alam dan seisinya, tetapi mengalir ke tempat rendah, yang sering tidak diinginkan oleh banyak orang. Manusia yang dapat berjasa bagi sesamanya, tetapi tetap rendah hati, batinnya mampu menampung luasnya alam semesta ini. Jiwanya akan subur dan hidup terus, semakin selaras dengan jalan Tao.

Lao Zi juga mengatakan bahwa dengan menjalani Tao, ego dan ambisi-ambisi yang berlebihan semakin hari akan semakin berkurang hingga mencapai kealamiahannya. Dalam praktiknya, manusia selalu memiliki ego, keinginan, hawa nafsu, dan ambisi yang sering kali tidak terkendali. Hidup yang menuruti hawa nafsu dan ambisi-ambisi yang liar akan sangat melelahkan, menguras banyak energi jiwa, membuat tubuh tidak bertahan lama, kesehatan terganggu, dan akhirnya binasa. Dengan mengurangi ego serta ambisi-ambisi yang berlebihan, itu sama saja dengan menghemat energi tubuh dan pikiran. Hidup pun menjadi lebih tenang dan bahagia, lebih tahan lama, dan panjang usia.

Jalan Tao sebenarnya tidaklah sulit untuk dilalui. Hanya saja, dibutuhkan kerendahan hati: kerendahan hati untuk mengakui bahwa ada ibu semesta (Tao), kerendahan hati untuk mengikuti kaidah-kaidah kealamiahan Tao, kerendahan hati untuk melepaskan ego, mengurangi ambisi-ambisi yang berlebihan dalam diri, serta kerendahan hati untuk menyemarakkan dunia tanpa pamrih.

Tao adalah kepastian dalam kehidupan ini. Tao adalah jalan keadilan bagi manusia. Hanya dengan mengikuti jalan Tao, manusia tidak akan kehilangan arah lagi. Kembali ke pangkuan ibu semesta adalah satu-satunya jalan untuk mencapai keselamatan dan keabadian. Tao adalah jalan yang harus ditempuh oleh manusia untuk kembali ke jati dirinya.

“Tao dapat menunjukkan jalan, tetapi tidak bisa mewakili untuk menjalani.”
(buku Siutao menuju Kesempurnaan)