Membangun Sikap Inklusif

Inklusif berasal dari kata inclusion, yang berarti menyertakan, mengikutsertakan, atau mengajak masuk. Lawan katanya adalah eksklusif yang berasal dari kata exclusion, yang berarti mengeluarkan atau memisahkan. Membangun sikap inklusif dalam konteks ini berarti kita sebagai pribadi atau taoyu dapat melebur di dalam masyarakat luas serta bergaul tanpa memisahkan agama, politik, budaya, warna kulit, ras/suku, dan perbedaan-perbedaan lainnya. 

Bagaimana membangun sikap inklusif dalam praktik kehidupan sehari-hari? Di tempat kerja misalnya, kita bisa bergaul mulai dari strata yang paling bawah sampai yang paling atas, dengan asumsi kita berada di level tengah dalam struktur perusahaan. Kita dapat bergaul mulai dengan office boy sampai CEO. Obrolan, tutur kata, pengetahuan, dan sikap kita dapat diterima oleh semua kalangan. Dalam acara keliling klenteng misalnya, rombongan taoyu berseragam kuning dengan satu atau dua bus mendatangi kelenteng, membuat orang kaget dan bertanya-tanya, ini rombongan besar dari mana. KIta akan dipandang lebih baik jika datang sebagai tamu yang sopan, ramah, dapat berinteraksi dengan pengurus kelenteng setempat, dapat membaur, bahkan menawarkan bantuan, turut serta menolong pengurus yang sedang sibuk, serta ikut terlibat dalam aktivitas kelenteng pada saat itu jika diizinkan. Hal ini akan menarik simpati dari pengurus kelenteng setempat. Ini disebut sebagai sikap inklusif. 

Contoh lain lagi, sebagai seorang taoyu di kota yang belum memiliki taokwan (dao guan) sendiri, karena rumahnya dekat dengan kelenteng tertentu, merasa lebih mudah dan nyaman datang ke kelenteng terdekat dan sejak kecil sudah terbiasa datang ke kelenteng tersebut. Di kelenteng tersebut taoyu jika tidak mau dianggap eksklusif, jangan sok menggurui, jangan sok merasa paling benar, dan jangan merasa bahwa sudah menjadi taoyu sudah berbeda dengan umat biasa. Akan lebih baik jika kita sebagai taoyu dapat bersikap ringan tangan dan bahu-membahu membantu pengurus kelenteng untuk meramaikan kelenteng tersebut.  

Sikap eksklusif dari taoyu akan membawa dampak buruk bagi organisasi secara keseluruhan. Sebagai seorang pribadi yang hadir di lingkungan yang terdiri dari beragam suku, ras, pendidikan, dan perbedaan lain; kita harus bisa berbaur, melebur, dan terlebih lagi menampakkan kualitas sebagai murid Tao TSM dengan menunjukkan sikap dan keteladanan yang baik. Masalah akan terjadi ketika kita menempatkan diri sebagai pribadi atau kelompok yang berbeda, yang eksklusif, atau merasa lebih berilmu, lebih pintar, dan lebih baik. 

Nah, bagaimana sebaiknya membangun sikap inklusif dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari?

  1. Sadar sepenuhnya di mana kita berada, berbicara dengan siapa, atau siapa yang kita hadapi; bagaimana kita bersikap dan merespon segala sesuatu dengan sepenuhnya sadar dari momen ke momen. 
  2. Membangun komunikasi dengan baik, mendengarkan lebih banyak, dan hati-hati dalam berbicara. 

Kunci komunikasi yang baik adalah dapat mendengarkan dengan cermat dan sepenuh hati. Jangan sering menginterupsi atau memotong pembicaraan! Jangan sembarang berbicara, apalagi memaksakan sesuatu! Orang tidak suka jika kita banyak berbicara untuk menonjolkan diri. Jangan berbicara secara berlebihan dan jangan berbicara dengan intonasi yang terdengar tidak sopan dan tidak ramah! Jagalah ucapan kita dengan baik! 

  1. Hilangkan stereotipe dan prasangka/asumsi yang negatif. 

Kita sering terpapar dengan berita atau peristiwa yang membuat kita mengambil kesimpulan yang sama jika bertemu dengan peristiwa yang serupa (disebut sebagai stereotipe). Jika orang yang melenceng atau menodai nilai-nilai dari sebuah institusi kita sebut sebagai oknum, maka tidak semua orang yang terlibat dalam institusi itu mempunyai perilaku yang sama. 

Setiap manusia pernah mengalami atau melihat kejadian-kejadian buruk pada masa lalunya. Namun, bukan berarti kondisi dan situasi sekarang berlaku sama. Kita sering membawa proyeksi pemikiran dari memori buruk masa lalu yang kita tempelkan di masa kini. Hal ini tidak selalu cocok karena masa, situasi, dan kondisinya berbeda. Komunikasi akan mengalir dengan baik jika kita bersikap netral terlebih dahulu dalam menghadapi semua situasi. Hilangkan asumsi bahwa etnis tertentu kurang pintar! Hilangkan asumsi bahwa umat beragama tertentu sering memaksa orang lain untuk memeluk agamanya!

  1. Tetap terbuka, fleksibel, dan tidak kehilangan aku-nya sehingga kita bisa masuk ke banyak kelompok atau komunitas, tetapi tidak mudah terbawa arus.

Kita harus sadar bahwa bunga ada banyak jenis, warna, tipe, bentuk, dan keharumannya. Masing-masing orang memiliki fungsi sesuai dengan karakternya dan hidup di atas bumi yang sama. Perbedaan-perbedaan membuat kehidupan manusia lebih semarak. Dengan berlatih dan membangun sikap inklusif, semoga kita dapat lebih baik lagi dalam meragi. Semoga bermanfaat. Xie Shen en.