Mengartikan Kebaikan

Sebagai umat Tao, kita sudah semestinya memupuk kebaikan, amal, dan jasa sepanjang hidup. Setelah wawasan kita terbuka, baik melalui ting Dao maupun membaca buku, kita memahami bahwa tujuan hidup manusia adalah untuk terus berbuat baik. Pada awalnya, tindakan ini mungkin terasa sebagai sebuah “keharusan” atau bahkan “paksaan”. Namun, dengan melakukannya berulang kali, perbuatan baik akan berkembang menjadi kebiasaan dan membentuk karakter yang baik dalam diri kita (zi ran).

Akan tetapi, beberapa kesalahpahaman masih ada terkait konsep kebaikan dan bagaimana orang mengartikannya. Berikut penulis mencoba menjabarkannya.

  1. Kebaikan tidak selalu dibalas dengan kebaikan.
    Banyak orang merasa kecewa ketika harapannya untuk menerima balasan setimpal dari kebaikan yang dilakukan tidak terpenuhi. Sebaiknya, batin kita merasa bahagia karena telah berbuat baik, walaupun orang tidak membalas kebaikan kita.
  2. Kebaikan tidak selalu dibalas oleh orang yang kita bantu.
    Terkadang, orang yang kita bantu tidak selalu memiliki kapasitas atau kesempatan untuk membalas kebaikan kita.
  3. Balasan kebaikan tidak selalu setara dengan apa yang kita berikan.
    Kebaikan yang kita terima mungkin tidak sebanding dengan apa yang telah kita lakukan. Namun, ukuran kebaikan tidak seharusnya diukur dari balasannya. Jika kita masih mengukur balasan, apakah itu layak disebut kebaikan?
  4. Kebaikan bukan untuk mengendalikan.
    Jangan memberi kebaikan dengan harapan bisa mengendalikan orang lain. Jika niat kita adalah untuk mendapatkan ketaatan atau pengaruh atas orang lain, maka itu namanya transaksi, bukan kebaikan.
  5. Kebaikan bukan untuk memperoleh kuasa atas hidup orang lain.
    Jangan merasa memiliki hak untuk mengatur hidup orang lain hanya karena kita telah membantu mereka. Kebaikan yang dilakukan dengan niat untuk menguasai merendahkan makna kebaikan itu sendiri.
  6. Kebaikan bukan untuk disombongkan.
    Jika kita memiliki kesempatan untuk melakukan kebaikan kepada sesama, kita harus tetap rendah hati karena kita dapat berbuat kebaikan juga karena anugerah dari Shen (Dewa-dewi).
  7. Kebaikan sering dimanfaatkan.
    Kebaikan kita mungkin dimanfaatkan oleh orang-orang yang berjiwa kerdil, tetapi jangan jera. Niat tulus kita jangan sampai berhenti karena faktor ini.
  8. Kebaikan tidak harus didefinisikan oleh orang lain.
    Kita berhak menentukan cara kita sendiri dalam berbuat baik. Jangan merasa bersalah saat cara kita berbeda dengan orang lain. Setiap orang berhak menentukan wilayah kebaikannya sendiri, tidak perlu didikte orang lain.

Semoga dengan lebih memahami alasan dan cara yang tepat untuk berbuat kebaikan, kita bisa melakukannya dengan rendah hati dan berkesinambungan.

“Belajar Tao ada sukar ada mudahnya, setengah dari kita setengah dari Tian, kalau bukan karena beramal memupuk jasa-jasa, mana mungkin dapat panjang umur laksana Dewa-Dewa.”