Mengatasi Keraguan

Ada bagian dari diri kita yang melahirkan sifat ragu-ragu ini, sifatnya alamiah, dan sangat berkaitan dengan otak kiri atau otak logika. Keragu-raguan merupakan energi yang mengalir dari bagian atas tubuh kita (bagian sekitar otak). Informasi yang datang tiba-tiba sering menimbulkan keragu-raguan dalam diri kita karena kita dibentuk oleh sistem pendidikan yang berbasis logika. Ini adalah kondisi yang wajar.

Bagaimana mengatasi sifat ragu-ragu ini? Pertama, sebarkan atau bagikan keraguan-keraguan ini kepada orang-orang di sekitar Anda supaya energi ini mengalir dan tidak terhenti di wilayah otak kita karena akan menimbulkan tekanan jika tidak dialirkan. Kedua, selidiki lebih dalam dengan pertanyaan-pertanyaan yang mendukung kemudian ditindaklanjutkan dengan observasi dan eksperimen agar mendapatkan data-data yang akurat sebelum mengambil kesimpulan. Jika diselidiki lebih dalam, kita menjadi lebih paham dengan informasi-informasi yang hadir. Ketiga, kita tetap fokus pada informasinya dan jangan dibawa ke ranah personal agar kesimpulan menjadi objektif.

Jika kita mempunyai sifat ragu-ragu seperti ini, kita memiliki potensi untuk menjadi ilmuwan. Ini adalah sifat dasar para ilmuwan. Banyak penemuan yang dihasilkan dari sifat ragu-ragu. Evolusi datang dari lahirnya penemuan-penemuan baru yang disebabkan oleh inspirasi yang diragukan. 

Hal yang menjadi masalah adalah ketika informasi atau inspirasi yang hadir ini dibiaskan oleh opini dan pengetahuan/paradigma lama yang tidak memiliki dasar bukti yang kuat sehingga  mengambil keputusan terlalu cepat tanpa data observasi yang benar dan mendalam. Apalagi jika dibawa ke wilayah personal ditambah dogma dan opini, hal ini akan bersifat destruktif. Kita sedang membangun logika yang keliru dalam menghadapi kenyataan yang ada sehingga percaya dengan hoax. Jika logika mencegah sifat ragu-ragu untuk diselami lebih dalam, ini mengakibatkan kita berhenti berevolusi.

  Contohnya, dahulu waktu jumlah taoyu belum sebanyak sekarang, ada isu/gosip yang beredar bahwa orang yang belajar Tao akan menjadi gila atau tidak bisa kaya. Hal ini menimbulkan sedikit keraguan. Padahal kita diarahkan untuk belajar lebih dalam menyelami kehidupan dan menyenangi ilmu kedewaan. Jika tidak menyelidiki lebih dalam, maka kita berhenti berevolusi, tidak mendapat pengertian atau pemahaman baru,  mandek di pola dan konsep lama, serta kehilangan kesempatan untuk membuktikan keagungan dimensi kedewaan. Jika kita mendengar ada salah satu teman kita sedang belajar Tao (Dao), sebaiknya didatangi untuk tempat kita bertanya; apa saja yang dipelajari, apa manfaat yang didapat, siapa gurunya, dan siapa yang mereferensikan. Akan lebih bagus lagi jika kita bisa bertanya langsung pada guru atau ahlinya dan ikut kelas pengenalan Tao untuk memenuhi keraguan ini. Kemudian mengamati apakah orang-orang yang kita jumpai menjadi gila ataupun miskin gara-gara mereka siutao (xiu Dao). Setelah data terkumpul dengan lengkap, barulah kita mengambil kesimpulan untuk masuk dan belajar lebih dalam lagi sesuai dengan minat atau inspirasi yang kita dapatkan. 

Apalagi pada zaman sekarang ini termasuk  era disruptif – era di mana banyak sekali informasi yang beredar dan banyak hal yang kita tidak tahu tiba-tiba datang menghampiri kita. Mungkin saja  informasi atau inspirasi itu dapat memajukan dan menyejahterakan diri kita atau malah membuat kita tenggelam dalam kenyataan palsu (halusinasi).   Semoga artikel ini dapat sedikit mengatasi keragu-raguan yang sering kali hinggap pada diri kita dan semoga kita terus dapat bertumbuh dan berevolusi menuju kesempurnaan. Xie Shen en.