Sejak dahulu hasil riset tentang hubungan antara peranan ibu dan temperamen anak sudah banyak sekali tersebar. Namun, sedikit sekali yang membahas tentang peranan ayah. Belakangan ini barulah para ahli mulai meneliti tentang dampak hubungan antara ayah dan anak dengan perkembangan sifat dan karakter anak tersebut. Pada zaman modern para ahli tidak lagi menganggap sang ayah sebagai “orang tua sekunder”. Cinta kasih dan keterlibatan ayah di dalam keluarga sama pentingnya dengan ibu.
Menurut penelitian, kebanyakan ayah masih menganggap bahwa mendidik dan membesarkan anak adalah tugas seorang ibu, sementara ayah hanyalah figur sekunder yang membantu. Padahal sejatinya, ayah adalah seorang figur yang perannya tidak tergantikan oleh sang ibu sekalipun. Peran ayah dan ibu seharusnya memiliki persentase porsi yang sama besar agar kondisi psikologis dan karakter anak berkembang dengan seimbang dan stabil.
Berikut ini adalah tiga aspek fundamental peranan seorang ayah terhadap anaknya.
1. Interaksi
Ini menyangkut kontak dan interaksi antara ayah dan anak-anaknya. Dalam hal ini juga termasuk bahasa-bahasa cinta yang ayah tunjukkan pada anak, misalnya pelukan, pujian, obrolan, dll.
2. Waktu
Ini menyangkut ketersediaan waktu sang ayah dan kehadirannya dalam hidup anak, misalnya apakah ayah mudah dijangkau/dikontak, apakah ayah sering tidak berada di rumah, apakah ayah sering meluangkan waktunya untuk beraktivitas dengan keluarga, dll.
3. Tanggung Jawab
Ini menyangkut sumber daya dan proteksi yang diberikan ayah di dalam keluarga, misalnya menafkahi keluarga, perbaikan dan pemeliharaan rumah, pembiayaan sekolah anak, dll.
Berdasarkan hasil penelitian, bahkan sejak bayi berumur 6 bulan, sudah jelas terlihat bahwa ia dapat mencapai milestone perkembangan fisik dan kognitif yang jauh lebih maju daripada bayi-bayi lain saat sang ayah terlibat aktif dalam bermain dan mengasuhnya. Manfaat ini terus berlanjut seiring bertambahnya usia anak. Saat berumur 2 tahun, anak yang didampingi aktif oleh ayahnya akan memiliki kemampuan untuk memecahkan dan mengatasi masalah yang lebih sulit. Saat berumur 3 tahun, anak akan memiliki IQ yang lebih tinggi dan dapat mengontrol emosinya dengan lebih baik. Saat memasuki usia sekolah ke atas, anak akan memiliki performa yang rata-rata lebih baik di segala bidang, mulai dari nilai yang lebih baik, motivasi yang lebih tinggi, dapat bersosialisasi dengan lebih baik, memiliki perkembangan jasmani yang lebih kuat, emosi yang lebih stabil, lebih dapat mengatasi stres dan frustasi, lebih bahagia, tidak mudah panik, dan lain-lain. Pengaruh ini bahkan terus berlanjut hingga anak mencapai usia menikah.
Di samping hubungan antara ayah dan anak, sikap yang ditunjukkan ayah kepada istrinya juga tidak kalah penting. Ayah yang dapat memberi contoh yang baik bagaimana memperlakukan ibu sang anak dengan penuh hormat dan cinta kasih cenderung memengaruhi anak laki-laki untuk tumbuh menjadi orang yang dapat memperlakukan wanita dengan jauh lebih baik dan tidak agresif. Bagi anak perempuan, mereka akan tumbuh dengan mencontoh ayah mereka dan memahami bahwa sejatinya begitulah seharusnya laki-laki memperlakukan wanita, sehingga mereka cenderung menjauhi pengaruh-pengaruh dan orang-orang yang tidak baik, serta menjauhi toxic relationship atau hubungan yang buruk.