Alkisah di suatu kota, hiduplah seorang pedagang yang sudah cukup berumur dan memiliki dua orang anak. Sang pedagang usahanya cukup makmur, tapi di tengah umurnya yang terus menua, dia mulai berpikir untuk mewarisi usahanya ini. Awalnya, dia ingin membagi usahanya kepada 2 orang anaknya sama rata sama besar, tetapi dia berpikir kembali mungkin akan lebih tepat jika diwarisi ke 1 orang yang lebih unggul.
Maka, dia berpikir untuk menguji siapakah dari antara kedua orang anaknya yang lebih unggul. Dipanggillah kedua anaknya, “Nak, Papa nih uda mulai tua, ubanan uda banyak, selanjutnya usaha papa ini akan diteruskan oleh kalian. Namun, nanti Papa akan menentukan siapa yang akan jadi pemimpinnya, karena nahkoda cuma satu, yang lain mesti ikut, apa kalian setuju?” Setelah berpikir sejenak, “Iya Pa, kami setuju”, jawab kedua anak tersebut.
“Oke, kalau begitu sekarang Papa kirim kalian masing-masing ke dua kota yang berbeda selama setahun untuk belajar dagang di sana. Nih, Papa kasih modal masing-masing sekian, setelah setahun, Papa akan bergilir mengunjungi kalian di sana, yang perlu kalian ingat pesan Papa cuma satu ‘Buka toko dan tutup toko, jangan sampe kena matahari ya!’, itu aja pesan Papa, ingat baik-baik ya…, lusa kalian berangkat!”, kata sang Pedagang mengakhiri pembicaraan.
Berangkatlah kedua anak ke masing-masing kota sesuai arahan dari papanya, si A berangkat ke utara, dan si B berangkat ke selatan. Sesampainya di kota masing-masing, dengan modal yang ada, mulailah mereka menyewa toko untuk usaha. Si A ingat dengan pesan papanya, “Hmm…, kalau gitu saya harus pekerjakan satu orang karyawan untuk bantu saya nih buka tutup toko supaya saya ngga kena matahari.” Mulailah si A berdagang buka toko jam 9 pagi, tutup toko jam 4 sore dengan satu orang karyawan.
Lain si A, lain si B; “Hmm…, Papa pesan gitu, jadi saya harus buka toko sebelum matahari terbit dan tutup toko setelah matahari terbenam”, gumam si B. Mulailah si B berdagang buka toko jam 5 pagi, tutup toko jam 7 malam, awalnya tanpa karyawan.
Setahun pun berlalu, sang Pedagang pergi terlebih dahulu ke utara mengunjungi anaknya si A, kagetlah dia melihat usaha si A yang begitu-begitu saja tanpa kemajuan berarti. Kemudian sang Pedagang ke selatan mengunjungi anaknya si B, kaget jugalah dia melihat usaha si B yang berkembang, karyawan sampai ada 5 orang, ramai tokonya, pelanggan banyak. Dalam hatinya sang Pedagang sudah terjawab, dia akan mewarisi usahanya kepada si B.
Ternyata sebuah pesan atau kata-kata yang sama bisa dimaknai dengan begitu berbeda oleh dua orang yang berbeda. Itulah persepsi, sudut pandang yang terbentuk bisa menentukan hasil akhir yang berbeda pula. Salahkah atau benarkah persepsi si A dan si B? Tentu tidak ada yang salah ataupun benar, karena semua tergantung kemampuan memaknai (daya nalar)-nya masing-masing pihak.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, banyak kita jumpai orang-orang, atau bahkan diri kita sendiri yang terlalu terpaku pada salah atau benar suatu hal, padahal salah benar tidak perlu didebatkan, karena semua itu hanyalah persepsi. Yang perlu kita semua lakukan hanyalah meningkatkan kemampuan memaknai (daya nalar) kita masing-masing, sehingga diharapkan hasil akhir yang kita peroleh juga tentunya akan lebih baik dan lebih baik lagi.