Tak Rela Melepaskan Ego

Ada seseorang yang mengatakan bahwa dirinya sudah belajar Tao bertahun-tahun, tetapi hidupnya tidak bahagia. Masalah kehidupannya tak kunjung usai, semakin lama beban hidup semakin besar, dan kehidupannya seperti benang ruwet yang tak dapat diurai lagi. Mulai dari persoalan ekonomi, persoalan rumah tangga, hingga persoalan kesehatan, semuanya bertumpuk menjadi satu.  Seakan-akan nasibnya selalu kurang baik. 

Dari tampak luar mungkin orang lain akan mengaitkan antara siutao dan kehidupan yang buruk. Bahkan, bisa jadi mereka menduga bahwa gara-gara siutao, nasibnya semakin buruk. 

Siutao adalah kegiatan nyata dalam merevisi diri, baik fisik maupun mental, baik raga maupun jiwa, serta belajar tentang aturan-aturan menjadi manusia yang baik dalam kehidupan (Tao). Oleh karena itu, belajar Tao sebetulnya adalah belajar tentang Dao li atau pengertian-pengertian yang benar. Jika proses siutao dijalani dengan baik, pengertian-pengertian yang benar dipahami dengan baik, dan prinsip-prinsip yang baik dalam kehidupan dijalankan secara konsisten, maka kehidupan secara keseluruhan seharusnya akan semakin baik. 

Lalu mengapa bisa terjadi semakin siutao, nasibnya semakin buruk? Alasannya sederhana, karena orang tersebut siutao-nya hanya sebagai status belaka. Sebetulnya dia tidak pernah benar-benar menjalankan proses siutao-nya dengan baik serta tidak menjalankan pengertian-pengertian dan aturan-aturan kehidupan dengan baik. Tao itu ada secara objektif, artinya aturan-aturan, hukum-hukum dalam kehidupan jagad raya dan masyarakat itu ada dan nyata. Jika kita mengikutinya, maka akan selamat jaya. Jika kita mengingkarinya, maka akan binasa. 

Dalam menjalani kehidupan, banyak orang lebih mementingkan kemauannya sendiri daripada mengikuti aturan-aturan atau hukum-hukum alamiah yang ada. Ketidakrelaan untuk melepaskan ego menjadi salah satu sumber permasalahan rumit dalam kehidupan. 

Contohnya yang sederhana, yaitu masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh suasana batin atau emosi. Dalam ajaran Tao, kita disarankan untuk mengurangi ambisi dan keinginan yang berlebihan supaya batin lebih tenang atau qīng xīn guǎ yù(清心寡欲). Hal ini tampak sangat sederhana dan sering diabaikan oleh banyak orang yang menjalani siutao. Padahal, dampak jangka panjangnya jika prinsip ini dijalankan dengan baik, antara lain batin dan pikiran lebih tenang dan bahagia, beban mental berkurang, badan terasa ringan, tidur lebih nyenyak, tampak lebih awet muda, dan seterusnya. Semua ini tidak dicapai dengan tiba-tiba, tetapi membutuhkan waktu untuk melepaskan ego secara perlahan-lahan, sedikit demi sedikit. 

Dampaknya bagi kehidupan secara umum tentu sangat besar, antara lain kehidupan rumah tangga menjadi lebih harmonis karena bisa mengalah dan tidak egois. Dalam bekerja atau bisnis juga akan lebih baik karena bisa lebih fokus, giat, dan dapat bekerja sama dengan orang lain sehingga kinerjanya menjadi lebih baik; secara ekonomi juga pasti meningkat. 

Kemauan dan kerelaan untuk melepaskan ego menjadi salah satu penentu yang penting dalam keberhasilan siutao, dan pada akhirnya, dalam perjalanan kehidupan secara keseluruhan. Sebaliknya, ketidakrelaan untuk melepaskan ego menyebabkan seseorang menuruti kemauannya dirinya, menabrak aturan-aturan umum dan hukum-hukum alamiah di masyarakat sehingga menghadapi banyak masalah yang tidak perlu dalam kehidupan. Batinnya selalu tidak tenang, pikirannya kalut, hubungan dalam keluarga tidak harmonis karena ingin menang sendiri dan tidak mengindahkan perasaan orang lain. Dalam bekerja atau berbisnis, karakter dan sifat pribadinya yang egois atau mau menang sendiri juga akan menciptakan banyak hambatan. Kesehatannya juga secara lambat laun akan terganggu karena pikiran dan jiwanya yang keruh. Kejodohannya terhadap hal-hal buruk pun semakin mendekat sehingga nasibnya menjadi kurang baik. Pada akhirnya, semua persoalan hidupnya menjadi sangat rumit. Akarnya hanya satu, yakni tak rela melepaskan egonya.

“Hujan tidak menghidupkan rumput-rumput yang tak berakar,
Dewa-Dewa hanya menyeberangkan manusia-manusia yang penuh kesadaran.“
(Siutao menuju Kesempurnaan).