Pernikahan adalah pintu gerbang untuk memasuki jenjang kehidupan yang baru. Melalui pernikahan, laki-laki dan perempuan mulai membentuk suatu keluarga. Setiap manusia mengimpikan untuk mempunyai keluarga yang harmonis, yang saling menghormati dan menyayangi, di mana tempat tersebut akan menjadi tempat yang ideal untuk pendidikan dan pertumbuhan mental calon anak. Keharmonisan bukan merupakan hal yang terjadi secara otomatis, melainkan adalah sebuah hal yang harus diupayakan.
Pernikahan berbeda sekali dengan masa pacaran, yang mana pasangan masih bisa memakai topeng untuk memberi kesan yang baik. Setelah menikah, semua topeng akan ditinggalkan dan lambat laun masing-masing pasangan akan mengetahui lebih dalam lagi tentang semua perilaku pasangannya, baik kebiasaan baik maupun buruknya. Masa pacaran yang lama tidak menjamin bahwa kita akan mengenali semua karakter pasangan kita. “Seni” dalam berpacaran adalah berpura-pura. Oleh karena itu, pacaran tidak pernah menjadi sampel pernikahan. Yang terjadi selama masa pacaran tidak sepenuhnya berarti bahwa hal tersebut akan terjadi juga sesudah menikah.
Dalam pernikahan tidak ada yang namanya cocok, yang ada adalah dicocok-cocokkan. Masing-masing individu dibesarkan dalam keluarga yang berbeda, menganut sistem pendidikan yang berbeda, memiliki karakter dan cara pandang yang berbeda, serta memiliki selera yang berbeda. Ketika hidup bersama dan disatukan oleh pernikahan, maka pasti ada ketidakcocokan. Ketika laki-laki dan perempuan menikah, keterbukaan di antara mereka tidak langsung tersaji begitu saja. Proses saling mengenal tidak pernah berhenti. Selalu ada kejutan dan tidak semua kejutannya menyenangkan. Proses ini adalah perjuangan sepanjang hayat dan dalam proses inilah tercipta keterikatan, penyesuaian, dan saling percaya di antara suami dan istri.
Beberapa tips agar perkawinan bisa harmonis dan langgeng adalah sebagai berikut.
- Mengenali karakter pasangan
Ini bisa dipelajari dari kebiasaannya, caranya mengatasi masalah, dan nilai-nilai yang dianut oleh pasangan. - Menghormati pasangan
- Komunikasi yang baik.
Seni komunikasi yang baik adalah mendengarkan, bukan berbicara. Belajar untuk mendengarkan pasangan, mengetahui apa yang disukai dan tidak disukainya, serta memahami apa yang diinginkannya. - Kompromi.
Pernikahan dikatakan sehat ketika pasangan suami istri sama-sama mau berkompromi. Kalau salah satu berusaha menerima dan yang lain cuek, itu bukanlah kompromi. Kalau satu pihak harus terus menahan diri atau apatis, sementara pihak lain memaksa dengan kemauannya, maka ini dinamakan dominasi. Tentukan visi dan misi pernikahan untuk menjadikannya patokan ketika terjadi perbedaan pendapat, dan rumuskan bersama apa tujuannya. - Komitmen
Suami dan istri tetaplah dua manusia yang berbeda, dengan karakter yang berbeda. Kita dan pasangan tetap orang yang sama sekaligus berbeda. Menikah tidak berarti mengubah dua menjadi satu, tetapi menuntun dua manusia menuju satu arah.
Cita-cita semua pernikahan adalah meraih kedamaian dan keharmonisan. Segala upaya diusahakan untuk mencapainya. Membaca buku tentang keluarga dan parenting serta mengikuti seminar pernikahan merupakan upaya untuk terus-menerus belajar karena pernikahan adalah proses tanpa henti.