Teguran Mendalam dari Shen

Berawal dari masa setelah pandemi mulai mereda dan aktivitas berangsur kembali normal, saya mulai merasa kewalahan mengatur waktu. Dua puluh empat jam terasa begitu singkat dan tidak mencukupi. Lelah rasanya berkejar-kejaran dengan waktu. Demikianlah perasaan saya waktu itu. Saya yang biasanya aktif dalam kegiatan-kegiatan Tao di daerah saya, mulai membolos dalam beberapa kegiatan rutin. Pertama-tama bukan karena malas, bukan pula karena tidak mau. Sebenarnya saya sangat ingin selalu aktif dalam semua kegiatan Tao, tetapi waktu dan badan ini terasa tidak mau bersahabat dengan keinginan saya. Lama-kelamaan niat xiu Dao kalah dengan rasa capek, yang kemudian didukung dengan berbagai pembenaran diri bahwa itu cuma sekali-kali, jadi it’s okay lah.

Setelah beberapa kali membolos, ada perasaan bersalah yang akhirnya membuat saya kembali hadir mengikuti sembahyang bersama setiap ce it dan cap go, serta lian gong bersama ketika waktu saya masih memungkinkan walaupun badan sudah terasa loyo dan tidak bersemangat. Demikianlah keadaan tersebut kembali berjalan sekian bulan lamanya. 

Lama-kelamaan perasaan dalam hati ini mulai berubah, mulai menjadi malas ketika ada acara sembahyang ataupun lian gong. Seakan-akan datang ke dao guan adalah suatu beban. Walaupun hadir, tetapi rasanya berbeda. Jadi sebatas “setor muka” saja. Mungkin karena saya terlalu sering mengeluh di dalam hati, pada suatu pagi saat bersembahyang, Shen menegur saya. Saat saya sedang menancapkan hio di altar, terjadilah percakapan singkat berikut.

Shen : “Hari ini cap go. Nanti malam harus pergi sembahyang lagi.”

Saya : Iya Shen, malas banget rasanya. Capeeeek banget, mana nanti jamnya mepet, harus ngebut biar gak terlambat (sambil menghela napas panjang). Demi apa coba capek-capek begini? Enak istirahat di rumah saja.

Shen : “為了你自己 (wèi le nǐ zì jǐ).” (demi diri kamu sendiri)

Saya seketika langsung terdiam dan menyesal dengan perilaku saya selama ini. Duuuh, aku ini kok gak bersyukur sekali (gumamku dalam hati). Bisa bersembahyang, bisa lian gong, kok masih membolos? Kok masih mengeluh? Kesempatan xiu Dao sangat berharga. Setiap kali hadir untuk bersembahyang dan lian gong, sebenarnya saya tidak pulang dengan sia-sia. Selalu ada saja ilmu yang saya dapat dari jiang tao dan sharing bersama. Selain itu, tentu saja ada berkat dan perlindungan Dewa-dewi kepada saya dan keluarga.

Memang sangat sibuk, memang sangatlah capek, tetapi tidak ada yang sia-sia. Usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Semenjak itu saya kembali bersemangat dan tidak lagi mengeluh yang tidak-tidak. Setiap kesempatan untuk xiu Dao ini sangat saya hargai. Xie Shen en, Shen telah menegur dan mengingatkan saya. Inilah yang selama ini saya baca, bahwa “Tao dapat menunjukkan jalan, tetapi tidak dapat mewakili untuk berjalan.” 

Terkadang kita lupa bahwa yang perlu xiu Dao itu siapa? Bukankah diri kita sendiri yang memerlukan? Yang memerlukan berkah dan perlindungan dari Dewa-dewi juga siapa? Tentu diri kita sendiri juga. Kita yang saat susah selalu datang ke hadapan Shen untuk memohon-mohon bantuan. Jangan sampai hanya saat sulit saja, kita ingat bersembahyang, tetapi setelah mendapat berkah, kita malah lupa Dewa, lupa xiu Dao, lupa xie Shen en pula. Hehehe….Cerita teguran Shen kepada saya ini semoga dapat bermanfaat bagi Sahabat Tao supaya lebih bersemangat dalam xiu Dao. Jia you.