Dahulu kala, di Hunan, salah satu kota di Cina, ada sebuah desa yang terkenal sebagai desa penghasil buah semangka terbaik dan terlezat yang pernah ada. Di desa tersebut terdapat dua kubu penghasil semangka terbesar yang konon terbaik di dunia.
Dua kubu penghasil semangka tersebut sangat terkenal. Kubu pertama dipimpin oleh bos yang bernama Siao Cien dan kubu kedua dipimpin oleh bos Alun. Semangka milik kubu Alun terkenal lezat dan manis, tetapi menjadi pilihan nomor dua dari orang-orang karena walaupun semangka mereka lezat dan manis, tetap tidak semanis dan selezat semangka dari kubu Siao Cien.
Karena selalu menjadi pilihan kedua, timbullah rasa iri dan tidak puas. Alun memerintahkan anak buahnya untuk mencari tahu apa yang membuat semangka milik Siao Cien lebih lezat dan manis. Segerombolan anak buah Alun disiapkan untuk mencari tahu dengan berbagai cara.
Setelah mencari tahu dengan menjadi mata-mata, mereka tidak menemukan hal yang spesial dan hanya membawa hasil yang nihil kepada bos mereka, Alun. Alun marah besar kepada segerombolan anak buahnya tersebut dan memotong separuh gaji mereka.
Segerombolan anak buah Alun geram dan akhirnya melampiaskannya dengan cara merusak tanaman semangka milik kubu Siao Cien secara diam-diam pada tengah malam. Tanpa sengaja, seorang tukang kebun yang merupakan anak buah Siao Cien melihat kejadian tersebut.
Keesokan harinya, tukang kebun melaporkan kejadian tersebut kepada Siao Cien. Siao Cien hanya terdiam. Akan tetapi, para anak buah Siao Cien tidak tinggal diam, mereka menyiapkan diri untuk pergi merusak tanaman milik Alun. Siao Cien menghadang anak buahnya untuk tidak membalas dendam. Siao Cien malah menyuruh anak buahnya untuk memberi bantuan kepada Alun. Kunci dari lezatnya semangka milik Siao Cien adalah tanaman disiram pada saat subuh sebelum matahari terbit. Siao Cien menyuruh anak buahnya untuk menyiram tanaman milik Alun secara diam-diam pada saat subuh.
Setelah sekian waktu, kubu Alun bingung karena hasil panen mereka menjadi luar biasa manis dan lebih lezat daripada sebelumnya. Terheran-heran, Alun mencari tahu apa yang terjadi. Alun akhirnya menyuruh anak buahnya untuk secara diam-diam mengawasi kebun semangka mereka selama 24 jam. Ketika subuh tiba, tepat sebelum matahari terbit, mereka melihat segerombolan orang secara diam-diam masuk ke kebun mereka untuk menyiram tanaman semangka mereka.
Mereka melaporkan kejadian tersebut kepada Alun. Setelah Alun mendengarkan kejadian tersebut, ia pun tersadarkan. Muka Alun langsung merah dan meneteskan air mata seketika itu juga. Lalu ia pergi menemui Siao Cien dan dengan sangat terharu berterima kasih kepada Siao Cien. Alun pun mengatakan bahwa ia bersedia menyerahkan seluruh kebunnya untuk dikelola oleh Siao Cien dan bersedia menerima keuntungan yang lebih kecil.
Dari cerita singkat di atas, kita dapat menarik sebuah kesimpulan, “Ketika kejahatan mampu kita balas dengan kebijaksanaan, maka ketenteraman akan lahir dan pertikaian perlahan akan punah.” Semoga bermanfaat.