Warisan dari Pernikahan

Pernikahan adalah wadah terkecil dan esensial untuk belajar hidup seimbang dan harmonis. Hakikat pernikahan adalah penyatuan unsur ‘yin’ dan ‘yang’, atau unsur maskulin dan feminin. Penyatuan energi dari kedua unsur memunculkan suatu kekuatan atau keajaiban. Energi ‘yin’ dari istri yang bersifat menjaga dan merawat berkolaborasi dengan energi ‘yang’ dari suami yang bersifat mencipta. Keduanya bekerja sama untuk menciptakan legasi/warisan bagi kehidupan berikutnya, termasuk lintas generasi.

Penyatuan yin istri dan yang suami menciptakan seorang anak yang mewarisi sifat-sifat kedua orang tuanya. Sifat-sifat ini akan terus diturunkan lintas generasi, yaitu dari ayah dan ibu ke anak, dari anak ke cucu, diteruskan lagi ke cicit, dan seterusnya. Rekam jejak ini ada di dalam DNA sel tubuh semua keturunan.

Contohnya, jika leluhur dari ayah atau ibu mempunyai potensi sakit diabetes, maka anak cucu bisa memiliki potensi yang sama. Hal ini sudah umum diketahui oleh masyarakat. Jika hal ini disadari oleh para keturunan dan dijaga dalam pola makan kesehariannya, potensi ini bisa tidak muncul. DNA yang mengandung informasi ini akan menjadi tidak aktif karena tidak dipicu oleh lingkungan (pola makan yang sembrono).

Kondisi ketidakselarasan yang dialami leluhur akan menurun ke anak cucu ini sudah diketahui oleh masyarakat Tionghoa. Tak heran jika ada salah satu anggota keluarga yang akan menikahkan anaknya, para senior di keluarga besar akan menyarankan keluarga yang bersangkutan untuk mengetahui dahulu bibit, bobot, dan bebet calon menantunya. Bibit dari leluhur yang fisiknya kuat tentu berbeda dengan bibit dari leluhur yang fisiknya lemah. Demikian juga bobot/karakter dan bebet/kesuksesannya.

Kemudian dari sisi mental dan emosional, anak yang orang tuanya berpisah/bercerai tentu berbeda dengan anak yang dididik dengan kehadiran kedua orang tuanya. Anak yang tumbuh di keluarga yang utuh dan harmonis cenderung kuat secara mental dan emosional.

Menurut penulis, warisan dari hal-hal yang tidak kelihatan ini jauh lebih penting daripada warisan berupa harta. Warisan berupa harta bisa berkurang atau habis jika kondisi mental dan emosional dari para keturunannya tidak seimbang. Jumlah manusia yang siutao dan berevolusi akan memengaruhi energi kolektif/global. Semakin banyak manusia yang selaras dengan alam, dunia akan menjadi tempat bertumbuh yang semakin baik bagi generasi selanjutnya. Xie Shen en.