Apa yang dicari dalam kehidupan ini? Ini telah menjadi pertanyaan setiap orang. Ada yang mengatakan uang, ada yang menjawab ketenteraman, ada yang mencari kebahagiaan, dan sebagainya. Masing-masing orang tentu mempunyai pendapatnya sendiri. Orang yang mengatakan mencari uang ada benarnya karena uang telah menjadi alat tukar yang luar biasa pentingnya bagi kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, muncul perkataan, “Uang bukan segalanya, tetapi tanpa uang segalanya tak dapat dilakukan.” Orang yang mengatakan ketenteraman dan kebahagiaan juga ada benarnya karena sebanyak apa pun uang yang dimiliki, kalau tidak tenteram hatinya, tentu tidak ada artinya. Bagaimana dengan ajaran Tao?
Dalam ajaran Tao ada istilah wu fu (lima bahagia), yang mencakup fu (福 – rezeki), lu (禄 – kedudukan), shou (寿 – usia panjang), cai (财 – harta), dan ding (丁 – keturunan yang baik). Lima bahagia inilah yang ingin dicapai umat Tao selama menjalani hidup di dunia. Kelimanya terkait satu sama lain. Umat Tao mengerti cara xiu Dao / siu Tao, yaitu belajar ajaran Tao dan merevisi diri secara terus-menerus. Hanya dengan xiu Dao, manusia dapat mencapai “lima bahagia” secara sempurna.
Di antara wu fu tersebut, ada satu hal terkait ‘keturunan’. Umat Tao selalu berharap mempunyai keturunan yang baik-baik dan kualitas hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya semakin baik. Anak cucu yang sehat, sukses, dan bahagia adalah dambaan kita semua. Selain sembahyang untuk memohon kepada Dewa-dewi yang mulia, tentu ini membutuhkan peran aktif kita sendiri untuk mewujudkannya. “Buah jatuh tak jauh dari pohonnya” menyadarkan kita bagaimana kualitas diri kita memengaruhi kualitas anak cucu kita. Sebuah pohon apel akan berbuah apel, pohon mangga akan berbuah mangga. Bibit apel yang manis akan menghasilkan buah apel yang manis dan bibit apel yang asam akan menghasilkan buah apel yang asam. Demikian pula kualitas diri kita dan perbuatan-perbuatan baik/buruk kita akan memengaruhi kualitas keturunan kita.
Artinya adalah jika kita berharap mempunyai anak cucu yang kehidupannya dan kualitasnya baik-baik, harus dimulai dari diri sendiri untuk selalu merevisi diri (xiu Dao) dan menjadi orang yang baik-baik. Ajaran Tao selalu menekankan untuk mempunyai batin yang baik (hao xin chang) dan menjalankan amal kebajikan kepada sesama.
“Xiu Dao ialah untuk menyucikan hati nurani dari yang kurang bersih ke bersih. Jelasnya harus selalu mawas diri, buanglah jauh-jauh yang jahat dan kembali pada kebenaran. Lahir batinnya adalah bersih dari perbuatan-perbuatan yang tak wajar menjadi sampahnya, harus dapat dengan air kecerdasan untuk membersihkannya, itulah suatu arti dalam qing jing (hening bening) juga.” (Jiang Yi, 1996: 88)
Jika batin kita sudah baik, bening, dan tidak keruh, maka akan lebih mudah menerima Tao itu sendiri, yang bisa dipahami sebagai aturan-aturan atau jalan untuk menjadi manusia yang baik. Dewa-dewi (shen xian) pun pasti akan lebih menyayangi. Bibit-bibit yang baik akan menghasilkan buah yang baik. Inilah konsep penting yang perlu kita pahami sebagai umat Tao, seperti kata-kata dalam Jiang Yi (buku kuning) sebagai berikut.
“Nenek moyang memupuk jasa-jasa, bahagia menimpa keturunan yang indah-indah.
Zaman ke zaman terus berbudi hati, aman tenteram menjamin anak cucu sejati.”(Jiang Yi, 1996: 74)