Dunia kehidupan kita sehari-hari dapat dipandang sebagai sebuah panggung. Frasa “Dunia ini panggung sandiwara” diutarakan oleh karakter Jaques dalam karya William Shakespeare berjudul “As You Like It”. Monolog ini menyamakan dunia dengan panggung sandiwara dan kehidupan manusia sebagai sebuah sandiwara, sambil menerangkan tentang tujuh tahap kehidupan manusia, yang kadang-kadang disebut sebagai tujuh usia manusia: bayi, anak sekolah, pecinta, prajurit, keadilan, pantaloon, dan masa kanak-kanak kedua, yang “tanpa gigi, tanpa mata, tanpa rasa, dan tanpa semuanya”.
Maksud Shakespeare adalah bahwa dunia ini tidak lain adalah panggung teater dan manusia adalah aktornya. Sejak lahir, manusia memasuki dunia teater dan terus berakting sesuai dengan usia mereka, hingga pada usia tua ketika episode terakhir dimainkan. Ini adalah salah satu bagian dari karya Shakespeare yang paling sering dikutip.
Sementara seniman Indonesia Achmad Albar mengekspresikannya dalam lagu jadul yang terkenal berjudul “Panggung Sandiwara”. Berikut ini kutipan liriknya.
Dunia ini panggung sandiwara
Ceritanya mudah berubah
Kisah Mahabrata
Atau tragedi dari Yunani
Setiap kita dapat satu peranan
Yang harus kita mainkan
Ada peran wajar
Ada peran berpura-pura
Mengapa kita bersandiwara?
Mengapa kita bersandiwara?
Bagaimana Umat Tao Memandang Kehidupan Ini?
Lalu, bagaimana umat Tao memandang kehidupan ini bila hidup dari satu sisi dimengerti dan dipersepsi sebagai sebuah panggung, di mana kita memiliki sebuah episode untuk tampil dan berperan sesuai urutan, panggilan, dan skrip ceritanya?
Nah, berbeda dengan karya William Shakespeare dengan frasanya “Dunia ini panggung sandiwara” dan Achmad Albar dengan lagunya “Panggung Sandiwara”, umat Tao justru diajarkan pertama kali untuk menemukan dirinya yang sejati dan melakukan revisi ke arah itu, yaitu xiu xin yang xing. Ketika pencarian jati diri kita yang otentik berhasil, kita akan siap menjalankan peran yang akan kita mainkan dalam kehidupan ini.
Sebuah peran yang sejati, yang otentik, bukan main-main, dan bukan sandiwara. Nah, lalu kalau bukan sandiwara, apa pesan-pesan yang kita sampaikan di atas panggung kehidupan yang kita lakonkan?
Ya, peran umat Tao yang sudah sadar dan mengerti telah menemukan dirinya yang sejati dan otentik, serta menemukan peran yang dapat ia mainkan dalam hidupnya, yaitu menyampaikan pesan-pesan kebajikan, pesan-pesan kebaikan, dan kemanusiaan yang adem, tenteram, dan meningkatkan mutu peradaban. Pesan-pesan kebajikan ini kita temukan setelah kita sadar dan mengerti, tercerahkan, sehingga telah selesai dan berberes dengan diri sendiri. Menjadi penyampai-penyampai kebajikan yang mendamaikan, teduh, mengayomi, serta merangkul dalam sebuah kerja sama, gotong-royong, dan kolaborasi. Menjadi umat Tao yang memberi kontribusi bagi masyarakat yang unik, otentik tanpa sandiwara dan tanpa dusta di antara kita, dalam sebuah istilah bijak yang akrab kita dengar: kung tek dan wu ji wu ren. Semoga bermanfaat.