Pada zaman dahulu, suatu hari di dao guan terjadi perbincangan setelah seorang guru Tao yang terkenal dengan kesabarannya, mengulas bagian dari kitab Nan Hua yang mengatakan bahwa hidup ini hanyalah mimpi.
Murid A: “Bagaimana mungkin hidup ini dibilang hanya mimpi? Menurutmu, apa guru kita sendiri benar-benar percaya kalau hidup dia juga hanya mimpi?”
Murid B: “Aku juga ragu, tapi tenang saja. Besok aku yang bertugas untuk memasak makanan guru. Besok kita akan melihat apakah guru tercinta kita yang sabar dan bijak ini bersikap konsisten dengan apa yang dia ajarkan.”
Keesokan harinya saat makan bersama, setelah sang guru tercinta yang sabar memasukkan sesuap makanannya, tiba-tiba sang guru yang biasanya selalu tampak sabar dan tenang, seketika itu juga tampak begitu murka ekspresi wajah dan nada bicaranya.
Guru: “Mengapa masakan hari ini sangat tidak enak? Keasinan rasanya! Siapa yang sengaja menambahkan kelebihan garam dalam masakan saya?”
Para murid menjadi terkejut. Lalu seorang murid mulai berbicara.
Murid B: “Guru, kalau hidup ini hanya sekedar mimpi, mengapa guru begitu murka hanya karena makanan yang keasinan kali ini?”
Guru yang tadinya tampak murka seketika berubah menjadi tenang dan sabar seperti biasanya.
Guru: “Kamu benar, hidup memang hanya mimpi. Saya yang kamu lihat sedang marah karena kamu buatkan makanan yang keasinan juga hanyalah mimpi.”
Di dalam mimpi segala sesuatu adalah relatif, begitu juga saat kita terbangun. Tidak ada perbedaan yang absolut antara keadaan mimpi dengan keadaan saat terbangun. Tidak perlu berputus asa saat kita gagal karena kegagalan kita hanyalah senyata mimpi. Kalaupun ternyata kita sudah terlanjur berputus asa, kita masih bisa bangkit karena keputusasaan kita pun hanyalah mimpi.
Meski hidup ini hanya sekadar mimpi, kita tetap perlu berusaha sebaik-baiknya untuk merevisi diri dan meraih kesuksesan di segala bidang. Seperti yang dikatakan oleh Shifu di dalam Xiu Dao Bao Jian, “Hidup manusia merupakan satu mimpi saja, manusia adalah pelaku-pelaku dalam mimpi tersebut, termasuk kita semua, maka tak ada sesuatu apapun yang dapat dibanggakan, tetapi meskipun hanya mimpi, satu impian yang romantis tentu jauh lebih baik daripada satu impian yang buruk bukan? Ini juga harus jadi pengertian (wu).”