Kecoa di Sebuah Kafe

Seorang pria muda baru saja pulang dari kantornya dan mampir ke sebuah kafe untuk beristirahat dan minum segelas es kopi. Sembari menyeruput es kopinya, ia membuka tas dan mengeluarkan sebuah tablet. Kemudian ia sibuk mengetik dan membaca berbagai dokumen. Saat asyik bekerja, ia dikagetkan oleh teriakan seorang perempuan. Ia pun mengarahkan pandangan matanya ke wanita yang berteriak itu. Sang wanita berteriak dengan kencang, “Kecoa! Ada kecoa!” sambil mengibas-ngibaskan tangannya untuk mengusir kecoa yang sedang terbang ke arahnya. Mendengar keributan itu, para pengunjung yang lain ikut panik. Ada yang berdiri dan ikut mengibaskan tangannya. Ada juga yang lari terbirit-birit keluar dari kafe tersebut.

Namun, ada seorang barista yang dengan tenang berjalan ke arah di mana kecoa itu hinggap, mengambilnya dengan tangan kosong, lalu membuangnya ke tong sampah. Setelah itu, sang barista mencuci tangan sembari meminta maaf dan menenangkan para pengunjung.

Pria muda yang melihat keseluruhan kejadian itu lantas kagum atas ketenangan sang barista dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Ia kemudian menyadari bahwa setiap masalah yang mengganggu atau mengusik dirinya, kebanyakan bukan diakibatkan oleh masalah itu, tetapi disebabkan oleh ketidakmampuan dirinya mengatasi masalah itu.

Contohnya, jika kita adalah siswa, maka hal yang bisa membuat kita stres adalah tugas yang menumpuk, dosen yang killer, atau teman yang tidak setia kawan. Jika kita adalah pekerja kantor, maka hal yang mengganggu kita biasanya adalah boss yang bawel atau pekerjaan yang menumpuk. Jika kita adalah pedagang atau pengusaha, maka pegawai yang tidak becus dan konsumen yang rewel akan membuat kita pusing tujuh keliling.

Namun, sama seperti kecoa di dalam kafe tersebut. Permasalahannya bukan pada kecoa, dosen killer, boss bawel, ataupun pegawai yang tidak becus, tetapi pada reaksi kita dalam menghadapi masalah tersebut. Karena ketidakmampuan kita dalam mengatasi masalah, kita bergantung pada insting sehingga hal pertama yang kita lakukan adalah menghindar.

Bukannya menghadapi masalah dengan kepala dingin, kita malah menghindari masalah dan akhirnya pusing tujuh keliling. Masih ingat dengan pria muda tadi? Ia kemudian menuliskan pengalaman dan pembelajaran yang ia dapatkan menjadi sebuah artikel. Semoga artikel ini bisa berguna bagi pembaca sekalian.