Kesombongan

Ada sebuah cerita tentang seorang pria yang hebat dalam seni bela diri. Akan tetapi, dia berkelakuan sombong dan angkuh, sehingga di perguruan bela dirinya, banyak kawan seperguruannya tidak senang dengan kelakuannya yang sering memamerkan kehebatannya, seolah dia melebihi siapapun, termasuk guru bela dirinya. Suatu ketika saat sang guru sedang melatih bertarung satu lawan satu, para murid masing-masing memilih pasangan latihan sendiri dan tidak ada satu pun yang ingin berpasangan dengan pria sombong dan angkuh tersebut. Melihat kondisi demikian, sang pria pun mengatakan pada gurunya: “Mereka semua memang bukan level saya dalam seni bela diri. Saya hanya mau berpasangan dengan guru”. Sang guru melihat tidak ada satu pun yang mau berpasangan dengannya, maka sang guru mengiyakan muridnya yang sombong tersebut. Setelah selesai latihan, sang guru mengatakan kepada seluruh muridnya, “Janganlah pernah merasakan bahwa diri kalian adalah yang paling hebat, di luar sana masih banyak orang yang lebih hebat dari kalian, di kala kalian merasa diri ‘paling’, maka di saat itulah ‘kegagalan’ anda dalam kehidupan ini dimulai.

Setelah itu para murid pun pulang bersama, termasuk murid yang sombong tersebut. Lalu di jalan mereka bertemu dengan kawan-kawan dari perguruan lain dan mereka pun bertukar pikiran mengenai seni bela diri, kemudian murid sombong tersebut mengatakan kepada murid-murid dari perguruan lain. “Dari cerita kalian, nampaknya sangat rendah sekali level bela diri kalian. Siapa yang paling jago di antara kalian? Saya yakin hanya dengan 3 jurus akan saya tumbangkan”, murid sombong tersebut tidak digubris. Lalu dia katakan lagi, “jika kalian takut, bisa 3 orang sekaligus melawan saya sendiri.” Maka ada seorang dari murid perguruan lain meletakkan tasnya, berdiri, dan mereka berduel. Yang terjadi adalah murid sombong tersebut dipukul hingga babak belur, lalu teman-teman seperguruannya pun mengatakan pada temannya yang sombong tersebut, “Anda harusnya ingat kata-kata guru, bilamana anda tidak berubah, maka tidak akan tertolong lagi, kegagalan akan selalu bersama anda.”

Moral cerita di atas sangat jelas, bahwa hendaknya menjadi seseorang jangan pernah berkelakuan sombong, merasa diri “paling” segalanya, memiliki banyak kelebihan dibanding dengan lainnya, serta selalu memamerkan kelebihan – kelebihannya. Karena sikap – sikap tersebut dapat merugikan diri sendiri, dan bahkan dapat mengakibatkan hal buruk terhadap diri sendiri. Jika seseorang bisa sadar akan hal ini, maka dia tidak akan pernah memamerkan kelebihannya, bahkan cenderung menyamarkan kemampuannya, karena dengan demikian kemampuannya pun tidak hilang, tetap melekat pada dirinya.

Orang yang memiliki karakter sombong, suka pamer, dan selalu merasa diri paling hebat, kecenderungannya tidak disenangi oleh orang lain. Karena selalu hanya ingin dihargai dan selalu “mengecilkan” orang lain, ini sudah merupakan suatu kerugian bagi dirinya. Manusia sebagai makhluk sosial, perlu memiliki banyak kawan. Dengan banyaknya kawan, maka semakin banyak peluang untuk dapat lebih maju dalam kehidupan ini. Seseorang yang tidak menunjukan kerendahan hatinya dan sifat yang mengalah dalam bersosialisasi, maka sulit untuk dapat diterima orang lain di manapun ia berada.

Berikan komentar

19 − twelve =