Ada seorang ibu yang merawat anak lelakinya seorang diri setelah ditinggalkan oleh sang suami. Dengan jerih payahnya, sang ibu berhasil membesarkan dan menyekolahkan anaknya setinggi mungkin. Si anak kini beranjak dewasa dan sudah cukup umur untuk mencari pasangan hidup. Sang ibu cukup khawatir jika sang anak tidak dapat memilih calon pasangan hidup yang baik. Oleh karena itu, sang ibu bergegas pergi ke kantor pusat Microsoft di Washington. Sesampainya di bagian resepsionis, sang ibu lantas berkata hendak menemui Bill Gates secara langsung. Awalnya, resepsionis menolak kedatangannya dengan kasar, tetapi dengan persuasif sang ibu menjelaskan bahwa dirinya adalah calon besan Bill Gates. Mendengar hal itu, resepsionis dengan segera mengantarkan sang ibu ke kantor Bill Gates.
Saat bertemu dengan Bill Gates, sang ibu dengan terus terang mengatakan bahwa dia ingin menjodohkan anaknya dengan anak perempuan Bill Gates. Mendengar hal ini, Bill Gates hanya bisa tertawa dan bertanya, “Memangnya anak Anda siapa?” Dengan tenang, sang ibu menjawab, “Anak saya adalah calon presiden Bank Dunia.” Tertarik dengan permintaan sang ibu, Bill Gates pun menyetujui perjodohan tersebut.
Setelah bertemu dengan Bill Gates, sang ibu beranjak pergi ke kantor utama Bank Dunia yang juga terletak di kota Washington. Sama seperti sebelumnya, sang ibu meminta untuk bertemu dengan presiden Bank Dunia dan mengatakan bahwa dirinya adalah calon besan dari Bill Gates. Kemudian, dengan terus terang sang ibu meminta kepada presiden Bank Dunia saat itu agar anaknya bisa dicalonkan menjadi presiden Bank Dunia berikutnya. Sang presiden pun tertawa mendengar permintaan konyol itu dan bertanya, “Memangnya anak Anda siapa?” Kembali dengan tenang sang ibu menjawab, “Anak saya adalah calon menantu dari Bill Gates.” Dengan segera sang presiden pun menyetujui permintaan sang ibu. Ia pulang ke rumah untuk menemui anaknya.
“Anakku, ibu telah memilihkan seorang jodoh yang baik untukmu.”
“Siapakah dia, Ibu?”
“Dia adalah seorang gadis cantik, putri dari Bill Gates. Jika kamu setuju untuk menikahinya, kamu akan dicalonkan menjadi presiden Bank Dunia berikutnya.”
Si anak hanya bisa tertawa mendengar omongan konyol ibunya. Namun, tertawanya berhenti saat ia melihat sang ibu dengan raut wajah serius memandangnya. Sang anak pun akhirnya setuju.
Memang cerita di atas adalah cerita fiksi yang dibesar-besarkan. Namun, makna dari cerita ini tetap dapat kita pelajari, bahwa ilmu komunikasi sangatlah penting di dalam kehidupan kita sehari-hari. Bagaimana kita menyampaikan hal yang kita inginkan, kosakata seperti apa yang kita lontarkan dalam menyampaikan hal tersebut, kepada siapa kita menyampaikannya, serta kapan waktu yang tepat menyampaikannya, ini semua adalah bagian dari ilmu komunikasi.
Bisa saja kita berpendapat kalau sang ibu telah menipu dan berbohong untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Memang benar, tetapi ini hanyalah sebuah cerita. Oleh karena itu, marilah kita fokus saja pada hal yang bisa kita ambil dari cerita tersebut. Dengan kita belajar memilih kosakata yang tepat, cara penuturan kalimat yang benar, intonasi dan ketepatan waktu, serta momen untuk berbicara yang sesuai, maka semua ini akan sangat membantu di dalam kehidupan kita di masyarakat.