Beberapa tahun setelah Dinasti Tang dibentuk, Li Shimin memimpin pasukannya untuk menenangkan para pemberontak yang masih tersisa di seluruh penjuru negeri. Li Shimin menjanjikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi para pemberontak yang bersedia untuk menurunkan senjata. Dengan karismanya, Li Shimin mampu meyakinkan para pemberontak sehingga hanya dalam 2 tahun pemberontakan besar-besaran di seluruh penjuru negeri dapat diredam tanpa pertumpahan darah.
Nama baik Li Shimin yang berjasa membuat iri sang kakak, Li Jian Cheng. Walaupun Li Jian Cheng adalah putra mahkota yang sah, banyak kalangan pejabat istana lebih menyukai Li Shimin sebagai putra mahkota. Hal ini membuat Li Jian Cheng gusar.
Li Jian Cheng memanggil adiknya, Li Yuan Ji, dan bersengkongkol dengan seorang jenderal untuk memberontak dan membunuh Li Shimin. Sayangnya, siasat busuk itu tercium oleh Li Shimin. Dengan gerakan cepat, Li Shimin berhasil meredam pemberontakan jenderal tersebut.
Di hadapan ayahnya, Kaisar Gaozu, Li Shimin hanya menyampaikan bahwa ia berhasil meredam pemberontakan salah seorang jenderal, tanpa menyebutkan keterlibatan kedua saudaranya di dalam pemberontakan tersebut.
Mendengar kegagalan pemberontakan yang ia rancang, Li Jian Cheng kembali menyusun siasat dengan adiknya, Li Yuan Ji. Mereka berusaha menjauhkan Li Shimin dari para pengikutnya dengan berbagai cara yang licik. Satu per satu pengikut Li Shimin menghilang karena dibunuh, dipenjara, ataupun diasingkan. Namun, Li Shimin tetap tidak bertindak apa pun untuk membalas saudaranya itu.
Tidak lama, Li Shimin disibukkan dengan serangan suku Barbar di utara yang melewati perbatasan dan mengancam keselamatan ibu kota. Dengan kepiawaiannya dalam strategi militer, Li Shimin mampu memukul mundur suku Barbar.
Sepulangnya dari utara, Li Shimin diundang makan malam oleh kakaknya, Li Jian Cheng. Mereka berusaha memperbaiki hubungan mereka dengan minum-minum hingga larut malam.
Keesokan harinya, Kaisar Gaozu mendapat kabar bahwa Li Shimin sakit keras. Para tabib istana menduga bahwa Li Shimin diracuni seseorang, tetapi Li Shimin membantah hal itu. Ia berusaha menenangkan ayahnya dengan mengatakan bahwa dalam beberapa minggu ia akan segera pulih. Setelah beberapa minggu, Li Shimin telah kembali bekerja di istana.
Sementara itu, Li Jian Cheng kembali melakukan siasat untuk menjatuhkan Li Shimin. Ia mengumpulkan prajurit khusus di ibu kota dan bersiap untuk melakukan pemberontakan. Ia juga memerintahkan Li Shimin dan Li Yuan Ji ke utara untuk melawan serangan suku Barbar. Bersama mereka, para jenderal yang patuh kepada Li Jian Cheng juga diutus untuk membantu pertempuran.
Mengetahui hal ini, Li Shimin bergerak kembali ke ibu kota bersama sedikit pengikutnya. Ia mencegat kedua saudaranya di gerbang Xuanwu. Li Shimin berteriak memperingatkan mereka agar segera menurunkan senjata. Li Yuan Ji berusaha memanah Li Shimin, tetapi tidak ada satu pun anak panah yang mengenai sasaran. Karena sudah diperingatkan, Li Shimin kemudian mengeluarkan busur panahnya dan membunuh kakaknya, Li Jian Cheng, dengan sekali tembakan. Li Yuan Ji memacu kudanya ke arah Li Shimin dan melompat ke arahnya. Ia berusaha mencekik Li Shimin menggunakan tali busur panahnya, tetapi tidak berhasil.
Pemberontakan tersebut berlangsung selama tiga hari dan Li Shimin berhasil keluar sebagai pemenang. Ia berlutut di depan ayahnya, Kaisar Gaozu, dan menangis saat melaporkan situasi yang terjadi. Kaisar Gaozu yang melihat keluarganya hancur karena perebutan kekuasaan, memutuskan untuk turun tahta dan menjadikan Li Shimin sebagai kaisar.
Hanya dalam 5 tahun, Li Shimin berhasil menjadi seorang kaisar dan diberi gelar Kaisar Taizong. Bersama dengan Wei Zheng, Kaisar Taizong mampu memberikan kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat sehingga dianggap sebagai salah satu kaisar terbaik dalam sejarah.