Pada artikel bagian pertama, penulis telah menguraikan pemahaman tentang “jatah” untuk memudahkan Sahabat Tao memahami wu sebagai sebuah perspektif atau kacamata untuk melihat kehidupan. Selanjutnya pada bagian ini saya akan menguraikan tentang “jangkauan” dan “jodoh”
Jangkauan
Pada artikel bagian pertama saya menjelaskan tentang “jatah” dengan mengumpamakan ukuran gelas yang ditawarkan oleh pramusaji ketika saya memesan di kedai sambil menulis artikel ini. Setiap orang sudah menerima ukuran gelasnya masing-masing saat dia terlahir ke dunia.
Jangkauan yang saya maksud di sini adalah ‘rentang kebebasan’, ‘keleluasaan bertindak’, atau ‘jangkauan kendali’ yang kita miliki dalam sehari untuk mengisi “gelas jatah” kita dengan berbagai kegiatan yang masuk akal dan relevan di tangan kita; sejauh mana kita dengan upaya dan inisiatif kita sendiri mengisi gelas jatah kita hingga penuh atau melakukan isi ulang (refill) kalau sudah habis diminum. Dengan kata lain, jangkauan adalah upaya apa pun yang bisa kita lakukan sesuai dengan akal sehat untuk mengisi penuh jatah rezeki kita.
Semisal saya yang bergerak dalam usaha penjualan dan pemasangan plafon, maka “jatah rezeki” saya sudah ada, tetapi “jangkauan rezeki” saya adalah soal bagaimana dalam 24 jam waktu yang tersedia saya mengatur diri saya untuk menata stok di toko, memilih mau mempunyai stok model yang mana, mengatur promosi di internet, menyiapkan brosur yang tersedia di toko, menyiapkan sampel-sampel bahan kalau ada pembeli yang mau membawa pulang contohnya, mengatur aliran uang masuk dan keluar, mengatur belanja untuk keperluan toko, menyisihkan keuntungan untuk membayar cicilan mobil dan cicilan ruko, dan sebagainya.
Jodoh atau kejodohan
Konsep ketiga yang penting adalah jodoh, kejodohan, atau yuán fèn (缘分). Kalau saya mengartikan dengan bahasa saya sendiri, jodoh adalah sekumpulan peristiwa serba kebetulan dan serba cocok yang sangat menunjang dan menguntungkan situasi kita.
Agar lebih sederhana dan mudah dimengerti, izinkan saya menggunakan kisah nyata yang terjadi sekitar sebulan yang lalu, saat saya berada di Semarang untuk menghadiri acara pernikahan keponakan saya.
Dalam momen itu saya sudah sekaligus merencanakan untuk bertemu Ko Akiem, Taoyu Semarang, untuk berdiskusi tentang siutao. Dari sisi saya yang merancang dua kegiatan itu, saya jauh-jauh hari sudah membeli tiket kereta api dari Jakarta ke Semarang. Mengenai akomodasi dan transportasi di Semarang, saya hanya berpikir praktis, nanti memesan melalui Agoda kalau sudah sampai di Semarang dan naik Gojek/Grab saja, walau itu akan membutuhkan cukup banyak biaya.
Ringkas cerita, tibalah saya di Semarang dengan diwarnai kejadian-kejadian serba kebetulan yang menunjang dan memudahkan saya menjalankan kedua kegiatan itu, yaitu menghadiri pernikahan keponakan dan bertemu dengan Ko Akiem untuk berdiskusi.
Kebetulan yang pertama adalah tempat menginap. Karena keponakan saya sudah menikah dan akan tinggal di rumah suaminya setelah acara pernikahan selesai, maka kamar keponakan saya sudah tidak dipakai. Nah, saya bisa tidur di rumah kakak saya. Saya pun bisa menghemat biaya hotel. Sebuah kebetulan yang menunjang, bukan?
Kebetulan yang kedua adalah mobil untuk transportasi ke sana kemari. Karena mobil keponakan saya tidak dipakai sebab setelah pernikahan, kedua mempelai langsung lanjut berbulan madu, maka saya bisa menggunakan mobilnya untuk keperluan menemui Ko Akiem guna berdiskusi dengan beliau. Saya bisa leluasa bepergian sembari menghemat biaya untuk Grab/Gojek dan tidak kehujanan.
Berdasarkan pengalaman saya selama menjalani siutao, kita akan sering mengalami kejadian-kejadian yang serba kebetulan. Perjumpaan dan perkenalan saya dengan Ko Akiem membantu saya membuka simpul-simpul wu saya dalam memahami relasi Dewa dengan kita serta relasi antara taoyu dan Hu Fa Shen.
Sebuah kejodohan yang penting untuk hidup kita sebagai taoyu adalah kejodohan kita berjumpa dengan Tao TSM dan Li Shifu karena kita dipertemukan dengan ilmu pusaka yang bermanfaat untuk menguraikan rumitnya kehidupan di depan dengan cara yang masuk akal dan terjangkau.
Bersambung….
Baca juga: Menuju Wu: Jatah, Jodoh, Jangkauan, hingga Bakat Terpendam (Bagian 3)