Di kota Nanyang, Tiongkok hiduplah seorang ibu dan anak perempuannya. Sehari-hari mereka berjualan sapu lidi di pasar. Dagangan sapu lidi mereka tidak terlalu ramai pembeli dan terkadang pulang tanpa menjual satu pun dagangan mereka.
Si anak berpikir bagaimana mendapatkan uang yang lebih banyak. Ia melihat tepat di depan tempat mereka berdagang sapu lidi selalu ramai pembeli. Pedagang tersebut menjual selada. Munculah ide si anak dan ia sampaikan kepada ibunya, “Bagaimana jika kita coba untuk menanam selada lalu menjualnya?” Sang ibu terdiam sejenak lalu berkata, “Baik, Nak. Mari kita coba!”
Dengan penuh antusias mereka berdua menyiapkan semua yang diperlukan lalu mencoba untuk menanam selada. Ternyata tidak semudah yang diperkirakan. Benih selada yang mereka tanam perdana semuanya gagal. Raut wajah sedih dari si anak terlihat begitu jelas.
Namun, sang ibu tersenyum dan berkata, ”Tidak apa-apa. Jangan menyerah! Mari kita coba lagi!”
Percobaan kedua masih gagal. Tak satu pun benih yang mereka tanam berhasil tumbuh.
Sang ibu berkata lagi pada anaknya, “Tidak apa. Walaupun kita merasa kecewa, tetapi kita jangan menyerah! Ayo kita belajar dari kesalahan-kesalahan kita dan mencoba lagi!”
SI anak dengan penuh semangat belajar dan mencari tahu bagaimana cara menanam selada agar dapat berhasil. Sang ibu berpikir keras dan dengan gigih berusaha lagi. Benih ketiga mereka tanam dengan penuh semangat. Benih yang mereka tunggu-tunggu tak kunjung tumbuh juga. Sudah tiga kali mencoba, tetap belum ada hasil. Mereka berdua sangat sedih. Uang tabungan kian menipis jumlahnya.
Malam harinya hujan turun dengan deras. Beberapa hari kemudian, mereka melihat ada perubahan dari benih yang mereka tanam ketiga kalinya tersebut. Mereka berdua baru menyadari bahwa benih selada yang mereka tanam ternyata kurang mendapatkan asupan air. Mereka mencari cara untuk dapat mengaliri tanaman selada mereka dengan air yang jumlahnya cukup banyak. Hasilnya selada mereka akhirnya berhasil.
Kejadian tersebut membuat si anak berani mencoba banyak hal dalam hidupnya, penuh optimis, dan pantang menyerah. Siapa sangka si anak tumbuh besar dan sukses menjadi seorang profesor hebat di Beijing.
Dari cerita ini kita dapat belajar untuk memiliki mental pemenang. Jika kita hanya terus berasumsi dan tidak pernah berani mencoba, maka selamanya kita akan berada di titik yang sama dan keberhasilan sulit untuk diraih. Ketika kita bersikap pesimis terhadap sesuatu, maka pesimis itu akan mengantarkan kita pada hasil yang negatif. Sebaliknya, jika kita optimis, maka masih ada harapan dan kita akan menorehkan hasil yang positif. Kebanggaan terbesar kita bukan tidak pernah gagal, melainkan bangkit setiap kali jatuh.