Kata lapang dada sering terdengar, tetapi tidaklah mudah untuk memiliki karakter lapang dada dalam kehidupan ini. Lapang dada berciri-ciri, antara lain tidak mudah tersinggung, pandangan luas dan jauh ke depan, tegar, memahami orang lain, tidak mau menang sendiri, tidak merasa kurang, tidak mudah marah, dan masih banyak lagi. Bila ciri-ciri tersebut sudah mulai kita miliki, maka kemajuan xiu Dao kita semakin nyata.
Berikut adalah sebuah cerita pendek yang berjudul “Pahitnya Bubuk Kakao” yang bisa sedikit menggambarkan tentang sikap lapang dada.
Ada seorang tua yang bijak didatangi oleh seorang pemuda yang sedang menghadapi masalah. Tanpa membuang waktu, pemuda itu langsung menceritakan semua masalahnya. Pak tua yang bijak hanya mendengarkan dengan saksama. Lalu pak tua mengambil segenggam bubuk kakao pahit dan meminta anak muda itu mengambil segelas air. Pak tua menaburkan serbuk kakao pahit itu ke dalam gelas berisi air dan mengaduknya dengan perlahan.
”Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya?” ujar pak tua.
“Pahit sekali, pahitnya bubuk kakao,” jawab pemuda itu.
Pak tua tersenyum lalu mengajak pemuda itu untuk berjalan ke tepi danau di belakang rumahnya. Setelah mereka sampai di danau, pak tua kembali menaburkan bubuk kakao yang pahit itu ke danau dan mengaduknya dengan sepotong kayu.
“Coba ambil air danau itu dan minumlah!” perintah pak tua.
Setelah si pemuda meneguk air itu, pak tua bertanya, “Bagaimana rasanya?”
“Segar…,” sahut si pemuda.
“Apakah kamu merasakan pahit di dalam air itu?” tanya pak tua lagi.
” Tidak…,” sahut pemuda itu.
Pak tua tertawa sambil berkata, “Nak, dengarkan baik-baik! Pahitnya kehidupan sama seperti segenggam bubuk kakao ini, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnya pun sama dan memang akan tetap sama. Akan tetapi, ingatlah bahwa kepahitan yang kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki! Hati kita adalah wadah itu. Jadi, saat kita merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu yang kita dapat lakukan, yaitu ‘luaskan dan perbesar kapasitas hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu!’ Jangan jadikan hati kita seperti gelas, tetapi buatlah hati kita seluas danau yang mampu menampung setiap kepahitan lalu mengubahnya menjadi kesegaran dan kedamaian.
Dari cerita pendek di atas, kita dapat menyadari pentingnya memiliki hati yang lapang dan luas.
Kelapangan dada seseorang berbanding lurus dengan kemajuan xiu Dao-nya. Semakin maju xiu Dao seseorang, semakin lapang dada orang tersebut.
Pada awalnya, perasaan lapang dada harus muncul saat kenyataan tidak sesuai dengan harapan. Lalu seiring waktu, tingkat pemahaman, dan kemajuan xiu Dao kita, maka secara alamiah kita tidak lagi merasa sedang menghadapi masalah karena kita sudah memiliki dada yang lapang.