Dalam agama Tao terdapat sebuah teori yaitu yinyang. Mungkin kita sering melihat lambang yinyang yang mengandung warna hitam dan putih. Dalam hitam terdapat titik putih dan dalam putih terdapat titik hitam. Yinyang dapat diartikan bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Dalam hal yang buruk (hitam), pasti masih mempunyai sedikit makna baik yang terkandung (titik putih). Dalam hal yang terlihat baik pun (putih), kita juga harus berhati-hati agar tidak tersandung akan sedikit hal buruk yang ada (titik hitam). Ketika hitam dan putih ini digabungkan, maka akan tercapai keseimbangan dan keselarasan. Yinyang juga dapat menggambarkan definisi dari dualisme, seperti laki-laki dan perempuan, baik dan buruk, siang dan malam, dan masih banyak lagi. Apabila didunia ini tidak ada jahat, maka kita akan sulit memahami arti dari “baik”. Kedua hal yang berlawanan ini saling melengkapi satu sama lain.
Dualisme juga berlaku dalam sifat manusia. Manusia dapat dikelompokkan menjadi manusia yang dan manusia yin. Manusia yang dilambangkan dengan area putih dengan titik hitam. Hal ini menunjukkan bahwa manusia ini memiliki banyak sifat baik dalam dirinya, walaupun tentu saja masih ada sedikit kekurangan (titik hitam) yang dimiliki. Namun manusia yang selalu merevisi dirinya. Ia terus memperluas area putihnya dan memperkecil segala titik hitam yang masih tersisa. Ketika manusia yang bertemu dengan orang-orang lain disekitarnya, ia akan selalu berfokus pada hal-hal positif yang ada pada setiap manusia. Ciri khas dari manusia yang adalah selalu dapat melihat kebaikan dari setiap orang di sekitarnya. Walaupun ia bertemu manusia yang sifatnya buruk dan berbuat jahat, ia masih berusaha mencari titik putih atau secercah kebaikan dari sekitarnya.
Tipe manusia kedua adalah manusia yin. Ia dilambangkan dengan banyak area hitam dan hanya memiliki sedikit hal baik (titik putih) pada dirinya. Tentu saja manusia yin seringkali tidak menyadari bahwa dirinya sendiri masih memiliki banyak kekurangan. Ia selalu menyombongkan sedikit titik putih yang ia punya, tidak memperdulikan sifatnya yang seringkali merugikan orang lain. Manusia yin tidak dapat menerima kritikan dari orang lain. Sehingga sangat sulit baginya untuk menyadari kekurangan diri dan melakukan Xiu Xin Yang Xing (merevisi diri). Ciri khas dari manusia yin juga dapat dinilai dari caranya memandang orang-orang di sekitarnya. Apabila ia bertemu dengan manusia yang, maka tak perduli seberapa baik manusia yang, manusia yin akan berfokus dan mencari-cari titik hitam yang dimiliki manusia yang. Manusia yin tidak suka ketika bertemu dengan orang lain yang lebih baik dari dirinya. Sehingga ia akan selalu mencari-cari kekurangan orang lain, walaupun hanyak setitik hitam saja.
Kesimpulannya, kita bisa menilai dimana diri kita sekarang. Apakah kita lebih memiliki sifat manusia yang? Atau apakah kita lebih condong seperti manusia yin? Apakah kita selalu bisa melihat hal positif dari setiap manusia dan mengurangi hal negatif dalam diri? Atau sebaliknya, apakah kita selalu mencari kelemahan orang lain dan tidak menyadari kekurangan diri sendiri? Kita sendiri yang menentukan.